Dev memandang keluar jendela. Derasnya air hujan
tak sebanding dengan derasnya luka dihati Dev.
“Hai... bengong aja Dev ?” ucap Mira yang tiba-tiba
datang mengagetkannya.
“Nga apa-apa” Dev menyunggingkan senyum manisnya.
“Kamu masih mikirin dia ya ?” Mira berkata lirih.
“Nggaa... ” jawab Dev singkat
“Masa sih... udahlah... lupain Dev ! masih ada orang
lain yang lebih baik dari dia?” tandas Mira.
“Sulit ra, nga semudah itu... gue harap lo ngerti”
jawab Dev.
Mira merasa perih saat mendengar berulang-ulang
kalimat itu. Kalimat yang sering didengarnya sejak 4 bulan lalu.
“Okay..., yaudah kalo gitu gue balik ya udah malem...
baaii (menepuk bahu Dev)...” Mira pun bersiap untuk pergi meninggalkan Dev di
apartemen.
“Bentar banget...” tandas Dev.
“Hahahaha.... orang gue kebetulan ngelewatin
apartemen lo, yaudah w mampir aja pengen liat muka sahabat tercinta gue yang
lagi galau... ” canda Mira.
“Syakee lo...” lembarnya buku ke arah Mira membalas
ledekannya. “Yaudah hati-hati...” pesan Dev.
“Siap bosssss......” tandasnya
13 Jun
Dear Diary...
Kapan kau akan mengerti hati ini ? hati dimana menunggumu selalu.
Lelah jiwa ini, aku ingin kau datang,
walaupun setitik senyum kecil yang kau bawa...
by : Mira
Hari ini Mira kembali datang ke apartemen Dev, saat
itu telihat Dev sedang duduk dibalkon sambil memandangi sebuah foto. Terdapat fotonya
dengan seorang wanita bernama Vina.
“Dev, ngapain lo ? udah sarapan lom ? w bawain
makanan nih...” Dev membalikkan tubuhnya dan menghadapkan ke meja makan tempat
Mira duduk.
“aku nga laper ra” ucap Dev dan kembali membalikkan
badan.
“Dev... harus sampai kapan si lo kaya gini, setiap
hari gue nemuin lo, tapi keadaan lo kaya gini-gini aja. Makanan yang gue bawain
nga pernah sedikitpun lo sentuh.” Mira menahan air matanya yang sudah berada di
ujung mata.
“gue nga laper ra... please ! jangan paksa gue,
Oke..”
Dev pun segera pergi meninggalkan Mira sahabat dari
SMA yang terpopuler dengan paras cantik nan tomboy-nya itu. Dev bukan tipe
cowok yang bisa diatur dan dipaksa. Sebenarnya Mira tidak bermaksud untuk
memakan makanan bawaannya, hanya saja ia kesal karena Dev selalu berperilaku
seperti itu.
Mira berjalan menuju kursi balkon tempat sebelumnya Dev duduk, ia
melihat foto yang sedari tadi terus Dev pandangi. Dibalik foto itu terdapat
sebaris kalimat dengan tinta merah
My Love is Vina. I Love u now and
forever...
“Forever ? fo..re...ver...” gumam Mira pelan.
Lanjutnya “Apa sudah tidak ada kesempatan untuk gue? Apa gue harus tetap
mengalah pada keadaan ini?” Mira pun pergi dengan beberapa tetes air mata di
pipinya.
Disaat itu Dev pun kembali ke apartemennya dan
dilihatnya fotonya dengan Vina di lantai. Ia berfikir, pasti Mira yang
melakukannya.
Dev pun langsung pergi ke rumah Mira di perumahan
DPR secara orang tua Mira adalah anggota wakil rakyat, letak perumahannya
berada disebrang apartemen Dev. Sesampainya Dev dirumah Mira, ia persilahkan
masuk oleh bik nana pembantu Mira. Dev pun melihat Mira sedang menangis
disamping swimming pool miliknya.
“Kenapa lo ra...” Dev panic. Bagaimana tidak, ia
melihat sahabatnya menangis tersedu. Mira bukan tipe cewek cengeng dan ia pun
tidak pernah melihat Mira nangis, bahkan saat Mira harus putus dengan Bian
pacarnya setahun yang lalu.
“Nga papa ko... tadi mata gue kelilian debu perih
banget, gue kucek-kucek matanya malah keluar air mata kaya orang nangis deh
jadinya....” jelasnya walaupun dengan alasan berbohong.
“Beneran nga bohongkan....” tanya Dev.
“Bener, yaudah Dev ke ruang tamu aja, tar gue
bikinin minum. Lo mau minum apa ?” jawab Mira dengan mimik pura-pura ceria
menutupi sakit hatinya.
5 menit kemudian, Mira membawakan minum keruang
tamu untuk Dev. Saat itu, mereka hanya diam, diam dan membisu serasa hening
sekali dirumah ditambah bik nana yang lagi pergi beli pulsa untuk Mira dikonter
pulsa depan perum.
“Ra....” Dav pun membuka pembicaraan.
“Lo tau kan kalo gue sayang banget sama Vina, semua
gara-gara gue Vina pergi selamanya. Andai saja gue dengerin omongan lo untuk
nga pergi ke pesta dibar itu.. pasti Vina masih ada sampai sekarang...” entah
apa yang Mira dengar serasa membuat hatinya serasa luka yang diberi perasan
jeruk nipis, periihhhh banget. Mira pun mulai mengedip-ngedipkan matanya
sesering mungkin agar air matanya tak jatuh. “Mira ngerti ko...” jawab Mira
singkat.
Disaat
tubuh Mira mulai lemah dan lunglay, Mira meminta izin ke Dev untuk ke kamar
sebentar dan tak disangka disaat Mira sampai di depan pintu kamarnya tubuh
rampingnya tak dapat menopang. Kakinya lemah, matanya berat dan tak dapat melangkah dan pingsanlah Mira
didepan kamarnya. Dev yang mendengar bunyi seperti orang jatuh langsung
mengarahkan matanya ke arah kamar Mira, dan sontak ia bergegas menhampiri dan
menggotong Mira ke kamar tidurnya dan bik nana pun belum juga datang lalu ia
bawalah Mira ke RS.
Setelah ditolong dokter dan suster keadaan Mira
membaik ia pun telah siuman dari pingsannya.
“Lo nga papa kan ra... sakit apa si lo... ”
introgasi Dev.
“nga papa ko... Cuma kecapean aja, oh ya bik nana
mana ?” tanya Mira.
“Ya Allah ampe lupa ngasih tau bik nana, yaudah w telpon
dulu bik nana sekalian bawain baju salin buat lo yahh...” jelas Dev.
“Udah malam Dev, lo jemput bik nana aja gih kasian
kalo dia naik taksi sendirian, please...” mohon Mira.
“Yaudah
gue tinggal ya...” pamit Dev.
Tak lama Dev sampai rumah Mira dan bik nana dengan
muka panic-nya menanyakan majikannya Non Mira. Dijelaskanlah kejadian saat itu
dan Dev menyuruh bik nana mengambilkan beberapa baju salin dilemari Mira.
Dev pun ikut masuk ke kamar Mira saat bik nana
mengambilkan beberapa baju salin untuk Mira. Dev liat beberapa bingkai foto
beserta isinya, dalam foto pertama terdapat beberapa gaya narcis Mira, di
bingkai ke-2 foto Mira beserta Dev dan ke-3 Dev melihat beberapa fotonya
perpajang, terpajang tanpa foto Mira hanya foto Dev seorang yang berjejer kecil
dan banyak terpampang rapi dibimgkai itu.
Dev pun menghampiri foto-fotonya. Tiba-tiba Dev
melihat sebuah celengan yang mirip dengan celengannya, hanya saja celengan Dev
bermotif wanita sedangkan Mira bermotif wanita. Dev pun mengambil celengan itu,
entah apa yang ia pikirkan. Ia buka bulatan besar penutup celengan yang berada
di bawahnya. Hanya beberapa carik kertas didalamnya, ia buka satu-persatu
kertas kecil tersebut.
Kertas pertama
Entah apa namanya, yang pasti aku merasa perasaan ini hanya untuk mu.
Kertas kedua
Aku mulai tahu, seperti apa dirimu dihatiku.
Kertas ketiga
Mungkin salah perasaan ini.
Kertas kelima
Apa kau bukan untukku !?
Kertas keenam
Dev.... aku ingin kamu tau semua itu....
Betapa terkejutnya Devsetelah membaca semua surat kecil
itu. Rasa penasaran Dev pun bertambah saat ia membuka buka Dairy Mira secara
sembunyi-sembunyi dari bik nana. Ia ambil Dairy itu dan ia baca di ruang tamu.
Lembar demi lembar ia buka namun hanya ada satu lembar Dairy yang ingin ia baca
denga tinta merah ia bacalah dairy itu.
9 April
Dear Diary
Aku ingin melihatmu bahagia, aku rela walau harus menahan rasa sakit
ini, aku ingin hanya aku selalu ada disampingmu, aku pun ingin membiarkan
darahku mengalir ditubuhmu, sebagai tanda bahwa aku benar-benar ingin selalu
bersamamu.
By: Mira
Ternyata 4 bulan yang lalu, saat dev dan Vina pergi
kebar menghadiri pesta ulangtahun teman Vina bersamaan dengan hujan turun
derasnya. Mira sudah mengingatkan mereka berdua untuk tidak usah hadir namun
mereka tetap nekat pergi. Tiba-tiba diperjalanan Dev dan Vina mengalama
kecelakaan. Setelah beberapa hari Vina meninggal dan Dev kehabisan darah dan
memerlukan darah AB karena stok darah Rs telah habis.
Mira pun mendonorkan darahnya untuk Dev. Saat itu
keadaan Dev sangat parah, ia membutuhkan darah bergolongan AB secepatnya. Hanya
Mira yang berada disana, sementara keluarga dan orang tua Dev berada diluar
kota. Mira tau kalau ia bergolongan darah AB. Sebenarnya Mira mempunyai anemia,
dan ia tidak boleh menanggungkan resiko berat bila darahnya didonorkan pada
Dev.
Dokter dan perawat pun telah mengingatkan Mira,
namun ia tidak menghiraukan. Ia tetap memohon pad dokter agar Dev bisa selamat
dengan darah Mira. Setelah ia mendonorkan darahnya untuk Dev, mira harus
dirawat.
Kadang Mira merasa tidak kuat dengan anemiannya, ia
selalu merasa lemas bila ada pikiran atau setelah melakukan suatu pekerjan.tapi
kejadian tersebut tidak diketahui oleh Dev, Mira sengaja menutupi semua ini
demi Dev.
Rai sudah mendengar semua kejadian itu, betapa
menyesalnya Dev karena ia tidak pernah memperhatikan Mira selama ini. Saat ini
Dev hanya bisa melihat Mira terbaring di ranjang rumah sakit tak berdaya. Dev
berharap dan sangat berharap Mira tidak akan meninggalkannya, ia juga tidak
ingin membiarkan orang yang ia sayangi kedua kalinya pergi meninggalkannya.
-SELESAI-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar