Minggu, 24 Februari 2013

Just For Dev


Dev memandang keluar jendela. Derasnya air hujan tak sebanding dengan derasnya luka dihati Dev.
“Hai... bengong aja Dev ?” ucap Mira yang tiba-tiba datang mengagetkannya.
“Nga apa-apa” Dev menyunggingkan senyum manisnya.
“Kamu masih mikirin dia ya ?” Mira berkata lirih.
“Nggaa... ” jawab Dev singkat
“Masa sih... udahlah... lupain Dev ! masih ada orang lain yang lebih baik dari dia?” tandas Mira.
“Sulit ra, nga semudah itu... gue harap lo ngerti” jawab Dev.
Mira merasa perih saat mendengar berulang-ulang kalimat itu. Kalimat yang sering didengarnya sejak 4 bulan lalu.
“Okay..., yaudah kalo gitu gue balik ya udah malem... baaii (menepuk bahu Dev)...” Mira pun bersiap untuk pergi meninggalkan Dev di apartemen.
“Bentar banget...” tandas Dev.
“Hahahaha.... orang gue kebetulan ngelewatin apartemen lo, yaudah w mampir aja pengen liat muka sahabat tercinta gue yang lagi galau... ” canda Mira.
“Syakee lo...” lembarnya buku ke arah Mira membalas ledekannya. “Yaudah hati-hati...” pesan Dev.
“Siap bosssss......” tandasnya

13 Jun
Dear Diary...
Kapan kau akan mengerti hati ini ? hati dimana menunggumu selalu.
Lelah jiwa ini, aku ingin kau datang,
walaupun setitik senyum kecil yang kau bawa...
by : Mira

Hari ini Mira kembali datang ke apartemen Dev, saat itu telihat Dev sedang duduk dibalkon sambil memandangi sebuah foto. Terdapat fotonya dengan seorang wanita bernama Vina.
“Dev, ngapain lo ? udah sarapan lom ? w bawain makanan nih...” Dev membalikkan tubuhnya dan menghadapkan ke meja makan tempat Mira duduk.
“aku nga laper ra” ucap Dev dan kembali membalikkan badan.
“Dev... harus sampai kapan si lo kaya gini, setiap hari gue nemuin lo, tapi keadaan lo kaya gini-gini aja. Makanan yang gue bawain nga pernah sedikitpun lo sentuh.” Mira menahan air matanya yang sudah berada di ujung mata.
“gue nga laper ra... please ! jangan paksa gue, Oke..”

Dev pun segera pergi meninggalkan Mira sahabat dari SMA yang terpopuler dengan paras cantik nan tomboy-nya itu. Dev bukan tipe cowok yang bisa diatur dan dipaksa. Sebenarnya Mira tidak bermaksud untuk memakan makanan bawaannya, hanya saja ia kesal karena Dev selalu berperilaku seperti itu.
Mira berjalan menuju kursi balkon tempat sebelumnya Dev duduk, ia melihat foto yang sedari tadi terus Dev pandangi. Dibalik foto itu terdapat sebaris kalimat dengan tinta merah
My Love is Vina. I Love u now and forever...

“Forever ? fo..re...ver...” gumam Mira pelan. Lanjutnya “Apa sudah tidak ada kesempatan untuk gue? Apa gue harus tetap mengalah pada keadaan ini?” Mira pun pergi dengan beberapa tetes air mata di pipinya.
Disaat itu Dev pun kembali ke apartemennya dan dilihatnya fotonya dengan Vina di lantai. Ia berfikir, pasti Mira yang melakukannya.
Dev pun langsung pergi ke rumah Mira di perumahan DPR secara orang tua Mira adalah anggota wakil rakyat, letak perumahannya berada disebrang apartemen Dev. Sesampainya Dev dirumah Mira, ia persilahkan masuk oleh bik nana pembantu Mira. Dev pun melihat Mira sedang menangis disamping swimming pool miliknya.
“Kenapa lo ra...” Dev panic. Bagaimana tidak, ia melihat sahabatnya menangis tersedu. Mira bukan tipe cewek cengeng dan ia pun tidak pernah melihat Mira nangis, bahkan saat Mira harus putus dengan Bian pacarnya setahun yang lalu.
“Nga papa ko... tadi mata gue kelilian debu perih banget, gue kucek-kucek matanya malah keluar air mata kaya orang nangis deh jadinya....” jelasnya walaupun dengan alasan berbohong.
“Beneran nga bohongkan....” tanya Dev.
“Bener, yaudah Dev ke ruang tamu aja, tar gue bikinin minum. Lo mau minum apa ?” jawab Mira dengan mimik pura-pura ceria menutupi sakit hatinya.

5 menit kemudian, Mira membawakan minum keruang tamu untuk Dev. Saat itu, mereka hanya diam, diam dan membisu serasa hening sekali dirumah ditambah bik nana yang lagi pergi beli pulsa untuk Mira dikonter pulsa depan perum.

“Ra....” Dav pun membuka pembicaraan.
“Lo tau kan kalo gue sayang banget sama Vina, semua gara-gara gue Vina pergi selamanya. Andai saja gue dengerin omongan lo untuk nga pergi ke pesta dibar itu.. pasti Vina masih ada sampai sekarang...” entah apa yang Mira dengar serasa membuat hatinya serasa luka yang diberi perasan jeruk nipis, periihhhh banget. Mira pun mulai mengedip-ngedipkan matanya sesering mungkin agar air matanya tak jatuh. “Mira ngerti ko...” jawab Mira singkat.
Disaat tubuh Mira mulai lemah dan lunglay, Mira meminta izin ke Dev untuk ke kamar sebentar dan tak disangka disaat Mira sampai di depan pintu kamarnya tubuh rampingnya tak dapat menopang. Kakinya lemah, matanya berat  dan tak dapat melangkah dan pingsanlah Mira didepan kamarnya. Dev yang mendengar bunyi seperti orang jatuh langsung mengarahkan matanya ke arah kamar Mira, dan sontak ia bergegas menhampiri dan menggotong Mira ke kamar tidurnya dan bik nana pun belum juga datang lalu ia bawalah Mira ke RS.

Setelah ditolong dokter dan suster keadaan Mira membaik ia pun telah siuman dari pingsannya.
“Lo nga papa kan ra... sakit apa si lo... ” introgasi Dev.
“nga papa ko... Cuma kecapean aja, oh ya bik nana mana ?” tanya Mira.
“Ya Allah ampe lupa ngasih tau bik nana, yaudah w telpon dulu bik nana sekalian bawain baju salin buat lo yahh...” jelas Dev.
“Udah malam Dev, lo jemput bik nana aja gih kasian kalo dia naik taksi sendirian, please...” mohon Mira.
“Yaudah gue tinggal ya...” pamit Dev.

Tak lama Dev sampai rumah Mira dan bik nana dengan muka panic-nya menanyakan majikannya Non Mira. Dijelaskanlah kejadian saat itu dan Dev menyuruh bik nana mengambilkan beberapa baju salin dilemari Mira.
Dev pun ikut masuk ke kamar Mira saat bik nana mengambilkan beberapa baju salin untuk Mira. Dev liat beberapa bingkai foto beserta isinya, dalam foto pertama terdapat beberapa gaya narcis Mira, di bingkai ke-2 foto Mira beserta Dev dan ke-3 Dev melihat beberapa fotonya perpajang, terpajang tanpa foto Mira hanya foto Dev seorang yang berjejer kecil dan banyak terpampang rapi dibimgkai itu.
Dev pun menghampiri foto-fotonya. Tiba-tiba Dev melihat sebuah celengan yang mirip dengan celengannya, hanya saja celengan Dev bermotif wanita sedangkan Mira bermotif wanita. Dev pun mengambil celengan itu, entah apa yang ia pikirkan. Ia buka bulatan besar penutup celengan yang berada di bawahnya. Hanya beberapa carik kertas didalamnya, ia buka satu-persatu kertas kecil tersebut.

Kertas pertama
Entah apa namanya, yang pasti aku merasa perasaan ini hanya untuk mu.

Kertas kedua
Aku mulai tahu, seperti apa dirimu dihatiku.

Kertas ketiga
Mungkin salah perasaan ini.

Kertas kelima
Apa kau bukan untukku !?

Kertas keenam
Dev.... aku ingin kamu tau semua itu....

Betapa terkejutnya Devsetelah membaca semua surat kecil itu. Rasa penasaran Dev pun bertambah saat ia membuka buka Dairy Mira secara sembunyi-sembunyi dari bik nana. Ia ambil Dairy itu dan ia baca di ruang tamu. Lembar demi lembar ia buka namun hanya ada satu lembar Dairy yang ingin ia baca denga tinta merah ia bacalah dairy itu.

9 April
Dear Diary
Aku ingin melihatmu bahagia, aku rela walau harus menahan rasa sakit ini, aku ingin hanya aku selalu ada disampingmu, aku pun ingin membiarkan darahku mengalir ditubuhmu, sebagai tanda bahwa aku benar-benar ingin selalu bersamamu.
By: Mira

Ternyata 4 bulan yang lalu, saat dev dan Vina pergi kebar menghadiri pesta ulangtahun teman Vina bersamaan dengan hujan turun derasnya. Mira sudah mengingatkan mereka berdua untuk tidak usah hadir namun mereka tetap nekat pergi. Tiba-tiba diperjalanan Dev dan Vina mengalama kecelakaan. Setelah beberapa hari Vina meninggal dan Dev kehabisan darah dan memerlukan darah AB karena stok darah Rs telah habis.
Mira pun mendonorkan darahnya untuk Dev. Saat itu keadaan Dev sangat parah, ia membutuhkan darah bergolongan AB secepatnya. Hanya Mira yang berada disana, sementara keluarga dan orang tua Dev berada diluar kota. Mira tau kalau ia bergolongan darah AB. Sebenarnya Mira mempunyai anemia, dan ia tidak boleh menanggungkan resiko berat bila darahnya didonorkan pada Dev.
Dokter dan perawat pun telah mengingatkan Mira, namun ia tidak menghiraukan. Ia tetap memohon pad dokter agar Dev bisa selamat dengan darah Mira. Setelah ia mendonorkan darahnya untuk Dev, mira harus dirawat.
Kadang Mira merasa tidak kuat dengan anemiannya, ia selalu merasa lemas bila ada pikiran atau setelah melakukan suatu pekerjan.tapi kejadian tersebut tidak diketahui oleh Dev, Mira sengaja menutupi semua ini demi Dev.

Rai sudah mendengar semua kejadian itu, betapa menyesalnya Dev karena ia tidak pernah memperhatikan Mira selama ini. Saat ini Dev hanya bisa melihat Mira terbaring di ranjang rumah sakit tak berdaya. Dev berharap dan sangat berharap Mira tidak akan meninggalkannya, ia juga tidak ingin membiarkan orang yang ia sayangi kedua kalinya pergi meninggalkannya.

-SELESAI-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar