Selasa, 10 Juli 2012

Si Cantik Aurora


Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis, yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australismempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.
Aurora disebabkan oleh kejadian berantai yang bermula di permukaan matahari, dimana terdapat suatu nyala api matahari raksasa. Nyala ini menyemprotkan “gas matahari” yang sebagian besar terdiri dari proton dengan energi tinggi dan elektron-elektron yang mencapai Bumi beberapa jam kemudian. Proton dan elektron yang berenergi tinggi ini tertarik ke kutub utara maupun kutub selatan karena keduanya memiliki gaya magnet yang kuat, kemudian proton dan elektron berenergi tinggi tersebut  bereaksi di atmosfer Bumi.
Elektron yang berenergi tinggi  dibelokkan oleh medan magnet Bumi menjadi rangkaian seperti sorotan  sinar (bukan sinar cahaya).   Elektron – elektron tersebut kemudian bertumbukan dengan molekul – molekul gas yang terdapat pada atmosfer bagian atas, khususnya gas N2 dan O2. Beberapa  gas N2 dan O2 tereksitasi ke energi yang lebih tinggi. Beberapa lainnya terionisasi atau terdisosiasi  menjadi atom yang berenergi tinggi. Agar  lebih jelas lagi, berikut ini mekanisme reaksinya:
N2 (g)  e(energi tinggi) -> N2 (g, energi tinggi) + e(energi rendah)
O2 (g)  e(energi tinggi) -> O2 (g, energi tinggi) + e(energi rendah)
N2 (g) -> N2+ (g) + e
O2 (g) -> O2+ (g) + e
N2 (g) -> 2N (g)
O2 (g) -> 2O (g)
Energi yang besar dari spesies  N2, O2 , N2+, O2+ , N, O memancarkan sinar cahaya tampak dalam panjang gelombang tertentu ketika mereka mengalami transisi atau  berubah ke keadaan dasar (ground states).  Ion – ion N2+ memancarkan cahaya ungu dan violet dalam panjang gelombang 391.4 dan 470 nm; ion – ion O2+memancarkan cahaya merah pada panjang gelombang sekitar 630 nm; sedangkan atom O memancarkan cahaya kuning kehijauan pada 557.7 nm dan merah marun pada 530 nm.
Sedangkan untuk proton yang berenergi tinggi tadi, bertumbukan dengan atom oksigen ketika turun ke atmosfer untuk membentuk ion O+ .
H+(g) + O(g) -> H(g) + O+(g)
Kombinasi cahaya yang disebabkan dari spesies  N2, O2 , N2+, O2+ , N, O yang berubah ke keadaan standar (ground states) menyebabkan fenomena aurora borealis di belahan bumi utara,  dan aurora australis de belahan bumi selatan.  Aurora borealis bisa terlihat dalam malam yang terang pada jarak sekitar 2000 km dari kutub utara. Dibanding Indonesia yang terletak di khatulistiwa alias ekuator Bumi, medan magnetnya tidak cukup kuat daripada di belahan bumi utara atau selatan. Maka aurora tidak bisa tampak di Indonesia. Jadi,  jika penasaran ingin melihat fenomena ini secara langsung, silahkan berkunjung ke daerah – daerah  yang dekat dengan kutub.
 Credit :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar