Minggu, 24 Juni 2012

난 기다렸어



기다릴 내가 당신을 기다릴은 여자 친구와 헤어 졌어요
당신 애인이 당신을 괴롭히지 않을거야
내가 기다리는 당신을 위해 항상 여기 있어요
사랑, 당신이 아니라 당신이 사랑 바랍니다
당신의 애인과되지 않은 경우
내가 기다리는 당신을 위해 항상 여기 있어요

사랑을 얘기하겠다는거야
마음이 행복하지만 걱정
질투 갈망도있다
아직도 기다리고있어

사랑을 얘기하겠다는거야

Saranghae, My Enemy


Title          : Saranghae, My Enemy
Author       : *******
Category    : Oneshoot
Genre        : Romance
Cast          :
·         Kim Hye Rin
·         Jang Woo Hyun
·         Choi Rae Mi (as Hye Rin friend’s)
·         Kim Ryeowook (as Hye Rin brother’s)
·         Other Cast

Author Note’s :
Annyeong hehe :D pertama kalinya nih buat ff , jangan kecewa karena masih jauh dari kata sempurna .... tapi saya akan berusaha sebaik mungkin haha *menggebu-gebu*
Karena cast nya di impor langsung dari Korea dan setting nya juga di negara gingseng itu *abaikan* jadi anggap aja ini pake bahasa korea yang di translate ke bahasa Indonesia yaa *maksa banget authornya* .. :D
Yaudah dueeh, dari pada authornya banyak bacot mending langsung aja daaaaah !!!


Hye Rin POV

Aku segera berlari menyusuri lorong kampus yang sudah sepi, karena sebagian kelas yang ku lewati memang sudah memulai jam pelajarannya. Untuk kesekian kalinya ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tangan ku.
“haaah sepertinya aku telat lagi”. Kupercepat gerakan kaki ku dan berharap segera sampai di kelasku.
Kini langkah ku terhenti tepat di depan pintu kelas. Dan benar saja, Jung Songsaengnim sudah ada di kelasku. Dengan ragu ku genggam handle pintu dan segera membukanya. Seketika tubuhku bergetar, yaa bagaimana tidak ? ini sudah ketiga kalinya aku terlambat di jam pelajaran Jung Songsaengnim. Dan pada keterlambatanku yang kedua, dia berjanji akan menghukum ku jika aku terlambat lagi. Tanpa diragukan lagi aku pasti dihukum. ‘Ooh ya Tuhan, mati lah aku.’
Songsaengnim menatapku yang mematung di pintu dan tatapanya sukses membuatku bergidik ngeri. ‘Ya Tuhan semoga aku akan baik-baik saja.’ Harapku dalam hati. Dan kini jung songsaengnim sudah ada didepan ku. Tangannya yang menggenggam sebuah penggaris perlahan di gerakkan menuju kepalaku.
‘TUUUK’
“yaaaa, jeongmal appoyo (sakit sekali) songsaengnim.” Teriakku refleks sesaat setelah Jung songsaengnim berhasil mendaratkan penggarisnya tepat di ujung kepalaku dan sukses membuat tawa di ruangan ini memecah sesaat. Bagaimana rasanya ? oh jangan ditanya, mungkin jika satu kali lagi dia memukul dengan kekuatan yang sama aku bisa hilang ingatan *author lebai-_-*.
“itu hukuman karena kau terlambat lagi Hyerin-ah.” Katanya sambil mendaratkan pukulannya lagi di kelapa ku untuk kedua kalinya, walaupun tidak sesakit yang tadi.
“lain kali, jika kau terlambat lagi aku tidak yakin kepala mu akan selamat Hyerin-ah. Arraseo ? (mengerti ?).” katanya-katanya benar-benar seperti petir disiang bolong (?).
“ah, ne songsaengnim arraseo. Mianhae (maaf).” Jawabku yang masih sibuk mengusap bekas pukulan songsaengnim tadi. Tanpa menunggu aba-aba darinya lagi, aku segera berjalan menuju kursi kosong dan langsung mendudukinya.
“yaa Hyerin-ah, sudah ku bilang kau tidak akan bisa tidak datang terlambat, iya kan ? hahaha.” Suara namja (pria) yang terdengar dari belakangku ini benar-benar membuatku kesal. Ya, itu suara Woo Hyun, Jang Woo Hyun. Musuh sejati ku sejak aku masuk Kyunghee University. “jangan menggodaku, atau kau akan mati woo Hyun-ssi.” Ucapku padanya dengan tatapan yang menusuk (?) pandangan siapapun yang melihatnya.
“ooh, kau pikir aku takut noona Kim ?” tanya nya dengan evil smirk nya yang dapat membuat semua wanita terpesona setengah mati, ralat, semua wanita kecuali aku. Ciiih, dia pikir aku akan tergoda dengan senyumannya itu. Jangan harap Tuan Jang.
Aku tidak mempedulikan pertanyaannya lagi dan segera mengeluarkan buku dari tasku. Karena menurutku pertanyaannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pelajaran Jung songsaengnim.
“yaa hyerin-ah kenapa kau terlambat datang lagi, hah ?” kali ini pertanyaan datang dari yeoja (wanita) yang ada disampingku.
“hehe, aku telat bangun lagi Raemi-ah. Dan kau tahukan bagaimana macetnya jalan dipagi hari ?” ucapku menjawab pertanyaan yang diajukan sahabat ku tadi.
“yaa, kau ini selalu menggunakan alasan itu Hyerin, aku sampai hafal karena kau mengucapkannya setiap kali kau telat.” Aku hanya nyengir (?) dan tidak menjawab ucapannya.


***

“Baiklah sampai jumpa di pertemuaan yang akan datang.” Ucap Jung songsaengnim sembari membungkukkan tubuhnya 90 derajat.
“Ne songsaengnim.” Jawab seisi ruangan serempak. Sepeninggal Jung songsaengnim, lagi-lagi Woo Hyun menggodaku.
“yaa noona Kim, besok jangan lupa datanglah lebih telat lagi, aku ingin lihat apa yang akan di lakukan Jung songsaengnim pada mu.” Aku hanya menatapnya sinis dan segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkannya yang sedang asik menertawaiku. Namja itu benar-benar membuat ku gila.
Ku langkahkan kakiku menuju sebuah bangku taman ketika pandanganku menangkap sosok yeoja yang selama 7 tahun belakangan ini menjadi sahabatku sedang terduduk di bangku taman tersebut sambil membaca buku novelnya. Ya dia itu jatuh cinta sekali pada novel. Bahkan mungkin 99% dari hidupnya diisi dengan membaca novel.
“Raemi-ah.” Panggil ku sedikit berteriak saat menghampirinya. Raemi menoleh sembari melontarkan senyumnya.
“sedang apa kau ?” tanyaku yang sebetulnya aku sudah tau jawabannya *kalo gitu ngapain nanya-_-*.
“ah Hyerin, aku sedang membaca novel yang baru saja ku beli kemarin sore.” Jawabnya sambil terus memandang baris demi baris pada halaman novelnya.
“kau tau, kali ini novel yang ku beli bercerita tentang sepasang namja dan yeoja yang bermusuhan lalu di jodohkan, cerita nya lucu Hyerin-ah hahaha.” Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan pada baris-baris novel itu.
“ah, benarkah ?” jawabku sekenanya.
“walaupun aku belum menyelesaikan bacaanku ini, tapi aku yakin mereka pasti akan saling jatuh cinta juga pada akhirnya.” Lanjutnya lagi sembari mendongakkan kepalanya seraya membayangkan tokoh dalam novelnya saling jatuh cinta.
“Raemi-ya, apakah kau sudah menemukan percobaan apa yang akan kau buat untuk tugas akhir skripsi mu nanti ?” kali ini pertanyaanku mengalihkan perbincangan semula kami. Ya aku adalah mahasiswi Kyunghee University jurusan teknik kimia yang sesaat lagi akan menjalani sidang skripsi.
“em, ya aku sudah menyepakatinya dengan Ji Hoon. Dan kami akan mulai kerja minggu depan.” Jawabnya yang kini menatapku dan menanggalkan buku novelnya. Ya Ji Hoon adalah partner nya dalam kelompok tugas akhir kami. Beberapa hari yang lalu Jung songsaengnim mengatur pembagian partner agar sesegera mungkin kami menyelesaikan tugas akhir tersebut. Beruntunglah Raemi mendapat Partner seperti Ji Hoon. Dan aku ? ya bahkan aku lebih beruntung, aku mendapat partner yaitu mahasiswa terpintar di kelas kami. Apa aku harus senang ? tapi nyatanya justru sebaliknya. Apa kalian tahu siapa partnerku ? aah, menyebut namanya saja aku muak. Ya Jang Woo Hyun partnerku. Aah sudah kubilang, aku muak menyebut namanya. Dia memang saingan terberatku, IP kami tak terpaut jauh bahkan hampir sama. Tanpa harus ku jelaskan lagi, kepintarannya juga sukses membuat namja itu populer setengah mati di kalangan para yeoja di kampus ini. Ah, apa hebatnya dia. Tapi bukan itu yang membuatku membencinya. Aku membencinya karena dia tidak bosan-bosannya mengerjaiku setiap saat sampai aku muak. Bahkan mungkin satu kampus tahu bahwa aku memang bermusuhan dengan nya. Kalau bukan karena Jung songsaengnim yang minta aku benar-benar tak mau jadi partner nya.
“bagaimana denganmu Hyerin ?” pertanyaan Raemi sontak membuatku tersadar dari lamunanku.
“aah, mworago ? (apa yang kau katakan ?).” tanya ku karena memang saat iya bertanya aku belum sepenuhnya sadar.
“bagaimana dengan mu ? apakah kau dan Woo Hyun sudah menemukan materi untuk percobaan kalian ?” kali ini iya bertanya lebih detail.
“ah, membicarakannya saja belum.” Jawabku seadanya.
“mwo ? (apa ?) kalian belum merundingkannya ? omo (yaampun) bagaimana kalian ini.” Ucapannya membuatku lebih frustasi karena mendapat partner seperti Woo Hyun.
“ya Raemi kau tau sendiri kan kami itu tak pernah akur.” Jawabku jujur.
“jadi karena hal bodoh itu kau belom merundingkannya ?” aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan Raemi tersebut.
“yaa Hyerin, lupakanlah dulu permusuhan kalian. Apa kau mau mendapat nilai buruk pada percobaan mu nanti hanya gara-gara kalian sibuk bertengkar hah ?” kali ini pertanyaannya membuat ku menjawab dengan tergesah.
“aniyo (tidak), tentu saja tidak mau.” Ya siapa yang rela nilai nya buruk hanya karena masalah sepele seperti itu.
“kalo begitu segeralah berunding dengannya.” Saran Reami membuatku bingung harus berbuat apa. Apa aku harus datang padanya dan membuat perjanjian untuk beberapa saat agar tugas akhir ku berjalan lancar ? apakah aku harus membuat perjanjian akur sesaat ? ah entahlah, itu membuat kepala ku pusing.

***

Matahari mengedipkan sinarnya memasuki jendela kamarku yang berhasil membuatku mengerjapkan mata ku perlahan.
“hooooaaam..” rasanya aku benar-benar masih mengantuk. Tapi ku urungkan niat ku untuk tidur lagi pagi ini. Ku buka perlahan mataku dan meraih jam yang ada di meja di sebelah ranjang tidurku. Kupandangi jarum jam yang menunjukkan pukul 6:05. Itu membuatku bernafas lega, karena hari ini aku tidak telat bangun lagi ^^.
Kulangkah kan kaki ku menuju kamar mandi yang ada di kamarku ini. Aku bergegas mandi agar aku tidak terlambat dan, yaa jadi bahan tertawaan si babo (bodoh) Woo Hyun itu. Aku sudah lelah jadi bahan ejekannya setiap hari. Setelah rapi, segera aku turun menuju meja makan. Kudapati appa yang sedang membaca korannya dan eomma yang menyiapkan sarapan untuk kami.
“annyeong appa eomma.” Sapaku seraya tersenyum kearah mereka dan dibalas dengan senyuman tulus mereka.
“tumben sekali anak eomma yang satu ini sudah rapi, tidak seperti biasanya yang selalu terlambat bangun” eomma menggoda ku selayaknya Woo Hyun menggoda ku. Ciih kenapa aku tiba-tiba menyebut namanya.
“eomma, aku kan tidak mau selamanya bangun telat.” Jawabku dengan pura-pura merajuk.
“annyeong appa, eomma, dan eh Hye Rin tumben kau sudah bangun ?” tiba-tiba muncul wookie oppa dan mengacak-acak rambut ku. Pertanyaannya membuatku kesal. Aku tidak menjawab pertanyaannya yang jelas-jelas juga bermaksud menggoda ku.
“yaaa, kenapa semua orang di rumah ini senang sekali menggodaku hah ?” mendengar pertanyaan ku sontak mereka tertawa dengan kompaknya. Membuatku semakin kesal.
“yaa saengi (adik), kami tidak menggoda mu. Kami hanya mengatakan yang sebenarnya.” Kembali perkataan kakak laki-laki ku ini membuatku mengerucutkan bibirku, dan ku pasti kan pipi ku sudah memerah kini karena malu bercampur kesal.
“yaa madumdero (terserah kau).” Ucapku yang lalu mengundang kekehan geli dari mereka.

***
Ah akhirnya aku dapat bernafas lega. Hari ini aku tidak harus berlari-lari untuk menuju kelas lagi seperti kemarin. Ya, hari ini aku datang lebih pagi. Dan aku menang karena kupastikan Woo Hyun pasti mengiraku terlambat lagi. Sesampainya di kelas aku langsung menyapa sahabatku, Raemi.
“annyeong Raemi-ah.” Sapaanku sontak menghentikan aktifitasnya yang sedang asik membaca novel seperti biasanya.
“aah Hyerin, baguslah kau tidak telat hehe” dia terkekeh sesaat setelah memandang ku yang berdiri di hadapannya. Ah sama saja seperti keluarga ku, sama-sama menggodaku. Aku hanya memasang senyum ku padanya.
“yaa noona Kim, kenapa kau tidak datang terlambat lagi haah ? padahal kan aku ingin melihat kau di hukum oleh Jung songsaengnim, ckckck sayang sekali kesempatan itu tidak datang hari ini ya.” Tawanya membahana seusai menyelesaikan kalimatnya.
“jangan harap tuan Jang.” Ucapku seraya menatapnya sinis. Seketika aku ingat dengan tugas akhir skripsi ku. Oh ya Tuhan, eotteoke ? (bagaimana ?). aku tak mungkin melakukannya sendiri tanpa bantuan namja kan. Tapi bagaimana caranya aku membicarakan ini dengan si babo Woo Hyun itu. Aah memikirkannya kali ini membuatku sakit perut.
Tak lama Jung songsaengnim sudah memasuki kelas ku. Aku bebas dari hukumannya hari ini karena aku tak datang terlambat hehe^^.
“annyeong haseyo.” Sapa Jung songsaengnim
“annyeong songsaenim.” Jawab kami serempak.
“bagaimana tugas akhir skripsi kalian ? apa ada yang sudah memulainya ? songsaengnim berharap kalian bisa menyelesaikan secepatnya. Arraseo ?” Pertanyaan Jung songsaengnim membuatku menatap sinis Woo Hyun. Seakan bertanya ‘bagaimana dengan tugas kita ?’.

Hye Rin POV end

Woo Hyun POV

“bagaimana tugas akhir skripsi kalian ? apa ada yang sudah memulainya ? songsaengnim berharap kalian bisa menyelesaikan secepatnya.” Pertanyaan itu sontak membuatku teringat akan tugas akhir skripsi ku. Ah bagaimana aku bisa lupa.
Sesaat setelah songsaengnim menyelesaikan kalimatnya Hyerin memandangku sinis, seperti melontarkan sesuatu kepadaku, entah apa itu. Apa aku harus menyudahi semua ini ? menyudahi permainan yang ku buat sendiri ?
Ya sejujurnya aku memang tidak tega melakukan ini pada Hyerin, yeoja yang jelas-jelas... ya mungkin ku sukai. Ah entahlah aku bingung. Lalu apa katanya nanti jika aku tiba-tiba meminta maaf kepada nya, ooh dia bisa besar kepala nanti. Tapi mau tak mau aku harus melakukan ini semua, demi tugas kelompokku. Ya sebenarnya juga untuk menyudahi ini semua, karena aku mulai tak tega melihatnya menjadi bulan-bulanku selama ini.

***

Ah bagaimana ini, sekarang hanya tinggal aku dan Hyerin yang ada di kelas ini, karena beberapa saat yang lalu Jung songsaengnim sudah menyelesaikan kelasnya dan di ikuti dengan seisi kelas yang berhamburan keluar ruangan. Apa aku harus menegurnya sekarang ? ah iya, sekarang . harus sekarang juga.
Sekarang aku sudah tepat berada di belakangnya menatap punggungnya yang membelakangi ku. Seketika dia menoleh, ya mungkin karena merasa seseorang memperhatikannya. Dan seketika itu juga matanya menatapku membuat darahku berdesir dan jantungku berdetak semakin cepat dari biasanya. Oh ya Tuhan, yeoja ini benar-benar membuatku gila.
“yaa sedang apa kau di sana tuan Jang ?” tanyanya sontak membuatku terbelalak kaget. Aku hanya mengeluarkan evil smirk ku. Tak lama dia kembali meneruskan kalimatnya.
“apa kau mau menjahiliku lagi hah ?” pertanyaannya kali ini membuatku murung. Apa aku sejahat itu pada nya ? oh ya Tuhan maafkan aku telah menyakiti nya.
“yaa noona Kim, kenapa kau sinis sekali padaku hah ? padahal aku kan datang baik-baik bermaksud mengajak mu damai, kalau memang kau tidak mau yasudah.” Dengan gaya ku yang so’ cool, atau memang benar-benar cool ya, aku berjalan melewatinya tanpa dosa. Ya bermaksud menggodanya. Mengingat tugas akhir skripsi ku harus segera di selesaikan mana mungkin dia menolak ajakan ku untuk berdamai. Yaa kau itu memang pintar Jang Woo Hyun hahaha. Kupastikan sebentar lagi dia akan memanggilku.
“ya babo, chamkanman (tunggu sebentar).” Hahaha benar saja kataku. Aku menang noona Kim.

Woo Hyun POV end

Hye Rin POV

“yaa noona Kim, kenapa kau sinis sekali padaku hah ? padahal aku kan datang baik-baik bermaksud mengajak mu damai, kalau memang kau tidak mau yasudah.” Mwo ? Mworago ? dia mengajakku berdamai ? aku tidak salah dengar ? atau aku sedang bermimpi ? aah segera kuakhiri pertanyaan-pertanyaan itu. Dan bergegas memanggilnya sebelum dia benar-benar keluar meninggalkan ruangan ini.
“ya babo, chamkanman (tunggu sebentar).” Segera kuhampiri dia yang tepat berdiri di pintu.
“baiklah aku mau, tapi dengan syarat.” Aku mengajukan syarat supaya dia tidak macam-macam kepada ku.
“katakan, apa yang kau mau ?” kini dia menanyakan apa syarat yang ingin aku ajukan.
“kau tidak boleh menjahiliku lagi, sampai tugas kita selesai sepenuhnya dan dengarkan semua perkataanku. Dan jika kau melanggarnya, maka jangan harap nama mu tertera dalam tugas akhir ini tuan Jang. Arraseo ?” dia terlihat berfikir sejenak sampai akhirnya menyetujui persyaratanku.
“geureyo (baiklah), arraseo !!” aku tersenyum puas dan mengulurkan tangan ku untuk berjabat tangan dengannya. Tapi tunggu, kenapa dia tidak mengajukan persyaratan apapun ? ah aku tak peduli, yang penting dia menyetujui persyaratan ku.

Hye Rin POV end

Woo Hyun POV

“geureyo, arraseo !!” aku menyetujui persyaratannya, yaa apa sulit nya jika hanya persyaratan seperti itu. Lagi pula aku tidak akan menjahilimu lagi sejak saat ini juga Hyerin. Aku sengaja tidak mengajukan syarat padanya, karena aku sadar selama ini aku hanya bisa menyakitinya saja. Dan sekarang semuanya terserah pada nya.
“baiklah besok kita mulai kerja. Selesai jam mata kuliah pergilah ke Laboratorium, aku menunggu mu disana. Jangan telat seperti kebiasaanmu. Arraseo?” aku beranjak pergi dari hadapannya setelah sebelumnya ku acak-acak rambutnya. Haha kuyakin saat ini dia sedang mendengus kesal karena ulahku.

***

Hari ini hari pertama ku mengerjakan tugas akhir skripsiku dengan Hyerin. Entah mengapa rasanya jantung ku berdebar kencang saat ini. Apa aku senang ? ooh sangat, tidak dapat terungkap dengan kata-kata. Aku sedang menunggunya di Laboratorium kampus kami. 15 menit aku menunggunya di sini, membuatku mendengus kesal karena kebisaan buruknya yang selalu telat.
Seketika perasaan kesalku hilang saat ku tangkap sosok yeoja yang ku tunggu dari tadi berlari dari arah luar laboratorium dan segera menghampiriku.
“yaa Hyerin, darimana saja kau hah ? kau tidak tahu aku sudah lama menunggumu disini ? kebiasaan mu itu memang benar-benar tidak bisa hilang.” Omelku pada nya yang masih sibuk mengatur nafas yang tersengal karena efek lari menuju Lab.
“haah..haah, mianhae Woo Hyun-ah. Na itneun (aku lupa) hehe.” Jawabnya yang di akhiri dengan cengirannya itu. Mworago ? itneun ? aah dasar Hyerin babo.
“yaa babo, sudah ku bilang kan kalo hari ini kita mulai kerja. Bagaimana kau bisa lupa ? dasar babo.” Terlihat wajahnya yang kesal karena mendengar perkataanku.
“aah, kau ini. Aku kan sudah minta maaf tadi.” Jawab nya dengan wajah yang memerah. Wajahnya terlihat lucu saat seperti ini^^.
“baik lah aku maafkan, lain kali jika kau terlambat lagi namamu yang akan aku coret dalam tugas akhir kita.” Kali ini aku berbicara dengan nada mengancam yang segera dia sangkal.
“yaa, andwae (jangan) Woo Hyun.” Jawabnya, kali ini wajahnya terlihat cemas karena ancaman ku tadi.
“kalo begitu bersikaplah dislipin, arraseo ?” kali ini aku menasehatinya sembari mencari peralatan dalam lemari etalase di ruang Lab ini untuk ku gunakan dalam percobaanku.
“geureyo. Mianhae.” Kali ini ucapannya terdengar dengan nada menyesal.

Woo Hyun POV end

Hye Rin POV

“geureyo. Mianhae.” Jawab ku menyesali keterlambatanku sembari menatapnya yang sedang sibuk mencari-cari sesuatu di lemari etalase dimana tempat alat-alat Lab di simpan.
Segera ku hampiri dia yang sedang sibuk dengan aktifitasnya itu.
“percobaan apa yang akan kita lakukan ?” tanyaku sembari menatapnya yang tidak menatapku.
“em, kita lakukan yang mudah saja.” Jawabnya dengan pandangan nya yang masih tetap berkutat pada alat-alat itu.
“geure, apa yang bisa ku bantu ?” tanyaku pada nya bermaksud membantunya mencari bahan-bahan yang kami butuhkan.
“jebal (tolong) ambilkan timbangan untuk mengukur berapa banyak bahan yang kita butuhkan !” Jawabnya. Kali ini dia menoleh dan meminta pertolongan ku dengan lembut sembari tersenyum simpul. Orang sepertinya bisa lembut juga ? ah aku tidak pernah mengira sebelumnya. yaa kenapa aku jadi memikirkannya ? tanpa mengindahkan pertanyaan ku sendiri, aku bergegas menuju lemari tempat dimana timbangan itu disimpan yang tak jauh dari tempat ku berdiri tadi. Setelah ku buka lemari besar yang ada di Lab ini, ku edarkan pandanganku mencari-cari benda yang ku maksud. Mata ku berhenti di suatu titik ketika aku menemukan benda yang ku cari tadi. Ya itu dia, tersimpan rapi pada bagian paling atas lemari ini. Tapi tunggu, bagaimana cara aku mengambilnya ? mengingat lemari ini cukup tinggi dan aku tidak dapat menjangkau bagian paling atas. Ku jijitkan kaki ku berharap aku bisa menggapai timbangan itu. Aku terkesiap ketika sepasang tangan melingkar di pinggang ku dan mengangkat tubuhku untuk dapat menggapai benda yang ingin kuambil. Dengan cepat aku menoleh dan menangkap sosok Woo Hyun yang melontarkan senyumnya.
“yaa, mau apa kau ?” ucapanku sedikit berteriak karena kaget.
“palli (cepat) ambil timbangannya Hyerin-ah.” Pinta nya sambil meringis, mungkin menahan beratnya badanku. Tanpa bertanya lagi segera ku ambil timbangan yang kali ini dapat kugapai dengan tanganku.
“yaaa, aku sudah mendapatkannya.” Ucapku senang karena aku dapat mengambil timbangan yang sedang kubutuhkan itu. Dan seketika kurasakan tubuhku tidak seimbang, seperti ingin jatuh.
‘BRUUUUK’
Dengan cepat aku jatuh di atas tubuh Woo Hyun. Terlihat jelas matanya menatapku dalam ketika aku menatapnya. Seketika darah ku berdesir dan fikiranku mulai kacau. Yaa ada apa dengan ku ? dengan gerakan cepat segera aku bangkit dari tubuhnya dan membantunya untuk bangun.
“aah, mianhae Woo Hyun-ah.” Ucapku meminta maaf sembari ku ulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Dia hanya diam dan meringis memegang pantatnya yang sepertinya sakit akibat jatuh tadi.
“yaa Hyerin-ah, kenapa tubuhmu berat sekali ? kau ingin membuatku cepat mati hah ? aah appoyooo..” ucapnya yang membuatku terkekeh geli melihat ekspresinya yang berantakan itu.
“maafkan aku Woo Hyun, lagi pula kan kau yang tadi mengangkat ku.” Jawabku membela diri. Kali ini dia tak menjawab lagi ucapan ku dan bangkit dari duduk nya.
“lain kali gunakan kursi untuk mengambilnya, dasar babo.” Ucapannya yang berhasil membuatku menatapnya kesal karena menyebutku babo. Ciih, siapa yang babo ? dia atau aku ?

Hye Rin POV end
***

Author POV

Sejak peristiwa jatuhnya pasangan tadi tidak ada kata-kata lagi yang terlontar dari salah satunya. Keduanya hanya diam dan sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat peristiwa tadi. Satu persatu prosedur kerja mereka jalani. Tanpa bicara mereka dapat melakukannya dengan baik, mengingat mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi terpintar dikelasnya. Woo Hyun mengerjakan bagian percobaan yang digolongkan cukup sulit karena tak mungkin dia meminta Hyerin yang melakukannya mengingat Hyerin itu yeoja. Sedangkan Hyerin mengerjakan bagian percobaan yang ringan dan tidak terlalu berbahaya. Keduanya melakukannya dengan baik dan sesegera mungkin menyelesaikan bagian yang pertama pada hari ini juga.
Hari semakin sore, matahari juga akan beranjak sesaat lagi. Woo Hyun dan Hyerin yang masih tengah asik melakukan pekerjaan nya tak sadar bahwa jam sudah menunjukan pukul 5:36 pm. Dan mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan percobaan selanjutnya esok hari. Tanpa menunggu hari gelap mereka bergegas meninggalkan ruangan Laboratorium yang mereka tempati tadi dan berjalan menuju parkiran. Suasana kampus yang memang sudah sepi itu pun menambah kentalnya kesan hening yang tercipta diantara keduanya.
Terlihat sebuah Audi hitam metalik yang terparkir tak jauh dari mereka. Mobil yang memang tinggal satu-satunya berada di parkiran itu milik Woo Hyun. Ya Woo Hyun memang anak tunggal dari seorang keluarga terpandang, seorang pengusaha terkaya nomor 5 di Korea Selatan. Tak jarang dia juga berganti-ganti kendaraan dan menggunakan barang-barang mewah. Dan itu menjadi penyebab kepopulerannya di Kyunghee University ini nomor dua setelah ketampanannya. Sungguh kehidupan yang mendekati sempurna.
Keduanya masih terdiam sampai akhirnya Hyerin meraih ponsel di tasnya untuk menelfon seseorang. Hyerin mulai menekan tombol-tombol yang ada di ponselnya itu dan segera mengarahkannya menuju telinganya. Woo Hyun hanya menatapnya bingung seraya bertanya-tanya dalam hati siapa yang Hyerin telfon.
Belom sampai Hyerin mengarahkan telfonnya ke telinganya, Woo Hyun mengeluarkan suaranya.
“yaa Hyerin, siapa yang ingin kau telfon ?” Woo Hyun bertanya dengan wajah yang memasang tampang penasaran.
“supir ku, aku ingin menyuruhnya segera menjemputku. Wae ?” jawabnya sembari mengarahkan ponselnya kembali menuju telinganya untuk meneruskan kegiatannya tadi. belum sempat ponselnya meraih telinga nya kini lagi-lagi Woo Hyun berhasil menggagalkannya lagi dan meraih ponsel di genggaman Hyerin.
“tidak usah, kajja (ayo) ikut aku.” Pinta Woo Hyun. Dan sekarang tangannya menggenggam pergelangan tangan Hyerin dan segera menariknya menuju audi nya yang terparkir tidak jauh darinya.
“Kyaaaa, apa-apaan kau ini Woo Hyun ? palli kembalikan ponselku !” teriak Hyerin pada Woo Hyun yang terus menariknya menuju audi nya. Tanpa menjawab teriakan Hyerin, Woo Hyun membuka pintu audi nya segera dan menarik Hyerin untuk masuk ke dalam nya. Setelah Woo Hyun berhasil menutup pintu audi nya yang iya buka tadi, dia segera beranjak menuju pintu yang ada di seberang, yaa pintu untuk tempat duduk pengendara.
Kini kedua nya sudah ada di dalam mobil mewah milik Woo Hyun itu. Keheningan yang tercipta membuat mereka begitu canggung satu sama lain. Sampai pada akhirnya pertanyaan Hyerin memecah kesunyian.
“ya babo, apa yang mau kau lakukan terhadapku hah ?” tanya nya sambil mendengus kesal kearah Woo Hyun.
“mengantarmu pulang.” Tak ada kata lagi yang tercipta di antara mereka setelah itu. Hyeri hanya menatap namja yang ada di sampingnya dengan tatapan bingung.

Author POV end

Hye Rin POV

“mengantarmu pulang.” Jawabannya membuat ku terbelalak kaget dan dilanjutkan dengan kebingungan. Mengantarku pulang ? apa aku tidak salah dengar hah ? apa dia kerasukan hantu kampus Kyunghee ? namja yang selama ini menjahiliku mau mengantarku pulang ? ooh sulit di percaya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah ku, karena memang letak rumahku tak begitu jauh dari kampusku. Tapi tunggu, darimana namja ini tau rumahku ? apa aku pernah memberi tahu nya ? aah aku tak peduli, segera aku turun dari audi nya dan bergegas masuk. Belum sempat ku langkahkan kaki ku memasuki pagar rumahku, suara namja itu terdengar dari belakangku.
“hei babo, kau melupakan ponsel mu.” Ucapnya sembari mengeluarkan senyuman evilnya itu. Yaaak menjijikan. Ku urungkan niatku yang ingin segera memasuki pagar rumahku dan berbalik arah menuju audinya lagi. Dengan gerakan cepat kuraih ponselku dari tangannya.
“gomawo, tuan Jang.” Ucapku dengan penekanan di setiap kosa katanya. Segera ku tinggalkan namja gila itu menuju rumahku setelah sebelum nya sempat ku keluarkan tatapan sinis ku.

***

Sudah 2 minggu aku mengerjakan percobaan untuk tugas akhir ku bersama namja jelek itu. Dan tak heran membuatku bosan berada dekat-dekat dengan nya selama 2 minggu terakhir dan mungkin membuat yeoja-yeoja di luar sana iri pada ku, emm mungkin. Tak sedikit yeoja yang mengharapkan mendapat partner seperti dia. Lalu, kenapa harus aku yang menjadi partner nya ?  toh banyak yeoja lain yang menginginkannya kan. Entah itu sebuah kebetulan atau memang takdir sialku. Tapi aku heran, sifatnya berubah 180 derajat padaku. Tak seperti dia yang biasa menggodaku. Sungguh membuatku bingung
Hari ini aku akan segera menyelesaikan percobaan ku. Ya, hari ini adalah hari dimana bagian terakhir percobaan ku di lakukan. Dan kupastikan hari ini juga aku akan terlepas darinya hahaha. Aku senang ? tentu saja haha.
Ku edarkan pandangan ku dan menangkap sosok namja itu sudah ada di dalam Lab menungguku.
“aku tidak terlambat kan ?” tanya ku ketika namja itu melontarkan senyum manis nya. Yaaaak kenapa aku ini ? manis ? oh Hyerin kurasa kau sudah mulai gila karena bersamanya terlalu lama. Tapi ku akui senyumannya tadi memang manis ^^.
“em, hampir.” Jawabnya lalu beranjak dari duduk nya dan segera melakukan aktifitas seperti biasa. Yaa, percobaan kami.
Seperti biasa, hanya diam yang bisa kami lakukan apabila dalam keadaan seperti ini. Sesekali ku lihat jam yang menggantung di dinding laboratorium ini. Berharap semoga waktu cepat berlalu. Tapi hati ku mengatakan hal lain, rasanya aku masih enggan untuk beranjak dari kebiasaan ini. Aduh, ada apa dengan diriku ? aku tak mau jauh darinya ? kurasa aku memang sudah gila.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Dan percobaanku berhasil dengan sempurna. Tinggal membuat laporan dan menyerahkan nya pada Jung songsaengnim. Setelah kurapihkan alat-alat yang kupakai aku beranjak pergi dari Laboratorium itu, ya tentunya bersama partner ku Woo Hyun.
“Woo Hyun, aku harus segera pulang ini sudah malam. Terima kasih atas kerja sama nya selama ini. Monjo galgeyo (aku duluan).” Ucapku dan segera menghilang dari hadapannya.
“chamkan Hyerin-ah.” Panggilnya dengan nada sedikit berteriak. Tapi aku tak mempedulikan panggilannya dan semakin ku percepat langkah ku agar menjauh darinya. Aku memang menghindarinya, karena aku semakin kacau bila terus-terusan bersamanya. Tapi entah apa sebabnya, huuff.
Kini aku sedang berdiri di sebuah halte yang tak jauh dari kampus ku. Sudah setengah jam aku menunggu supir ku yang tak juga kelihatan batang hidung nya.
“aiiissh, eodieya Kang ahjussi ? (dimana paman Kang ?).” racau ku karena bosan menunggu supir ku itu.
Tak lama mataku menangkap dua sosok namja yang tak ku kenal berjalan menghampiriku. Siapa mereka ? mau apa mereka ? tanya ku bertubi-tubi. Aku benar-benar takut.
“yaa, noona manis sedang apa disini ?” tanya dari salah satu namja paruh baya tersebut. Langkahnya tergopoh-gopoh, seperti orang mabuk. Dan sepertinya mereka memang mabuk. Yang satunya lagi berusaha menyentuh dagu ku. Dengan cepat ku tepis tangannya dan berhasil membuatnya marah.
“kau ini jual mahal sekali.” Ucap yang satu lagi dan dengan sigap menarik kedua lengan ku.
“kyaaaa, mau apa kalian ?.” tanya ku dengan nada berteriak. Saat ini aku benar-benar sudah takut setengah mati.
“kau akan jadi milikku noona manis hahaha.” Ucapnya dan diakhiri dengan tawa nya yang tak jelas itu. Dengan gerakan cepat mereka menarik ku ke sebuah pohon di sebelah halte bus. Aku berusaha melepaskan diri dari mereka, tapi apa daya tenaga mereka jauh lebih kuat dari ku.
“ku mohon lepaskan aku ahjussi.” Pintaku sembari menahan air mataku agar tidak pecah. Mereka sama sekali tak mempedulikan ku. Salah satu dari mereka menggenggam erat kemeja ku dan hendak merobek nya. Kali ini tangisan ku benar-benar tak dapat di tahan lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. ‘Ya Tuhan, tolong aku selamatkan aku. kirim seseorang untuk menolongku ya tuhan.’ Aku hanya bisa berdoa saat ini, berharap ada seseorang yang menolongku. Aku hanya bisa menangis dan memejamkan mata. Tak kuasa melihat kehidupan ku yang sesaat lagi akan hancur di tangan kedua namja brengsek ini.
Belum sempat mereka melancarkan niat nya untuk memperkosa ku, tiba-tiba sesosok namja menarik kedua tubuh mereka menjauh dari ku. Tak terlihat jelas siapa sosok namja itu. Dia memukuli kedua orang yang tadi berusaha memperkosaku. Aku hanya bisa menangis sambil memegang dadaku yang hampir naked karena kemeja ku yang robek.
Kulihat kedua namja brengsek itu lari menjauh secepat mungkin. Kudengar namja yang menolongku segera berlari menghampiriku dan memanggilku. Tunggu, dari mana dia tahu namaku ?
“Hyerin, gwenchana ? (tak apa ?).” aku terbelalak kaget ketika sosok yang kudapati ini ternyata Woo Hyun. Tanpa membalas pertanyaannya segera aku berhamburan memeluknya. Dia membalas pelukanku dan berusaha menenangkanku.
“ulljima, ada aku Hyerin-ah. Jangan khawatir.” Ucapnya sembari mengusap rambutku dengan lembut.

***

Semenjak kejadian itu aku belum berani keluar rumah. Rasanya aku masih benar-benar trauma. Bahkan kekampus pun aku enggan melakukannya. Dan akibat kejadian itu appa ku terus mendesak ku untuk segera menikahi pria pilihannya, ya dengan alasan karena khawatir pada ku.

*Flashback*

“appa akan segera melangsungkan pernikahan mu Hyerin.” Appa tetap pada pendiriannya untuk menikahkan ku dengan anak dari rekan bisnis nya. Appa ku seorang pengusaha yang cukup populer di kalangannya, dan memiliki banyak rekan kerja. Ya salah satunya adalah Jang ahjussi, rekan bisnis appa yang anak nya ingin di jodohkan dengan ku. Tapi aku tetap dengan prinsipku untuk menolak permintaan appa itu.
“shireo (aku tidak mau) appa, aku masih ingin kuliah dan menyelesaikan nya.” Ucapku membela diri. Tapi appa yang memiliki kepribadian keras tetap akan melanjutkan rencana nya menjodohkan ku dengan namja yang sama sekali aku tak kenal.
“kau bisa melanjutkannya nanti Hyerin. Appa tak mau tau kau harus menerima perjodohan ini.” Appa beranjak pergi dari kamarku dan tak memberiku kesempatan bicara lagi. Ooh Tuhan, apa ini takdir ku ? mengapa jadi seperti ini ?.
Aku tak kuasa menahan air mataku yang sedari tadi tertahan. Kudengar langkah kaki yang menghampiriku di ranjang tidur ku.
“Hyerin, ulljima. Appa melakukan ini semua karena khawatir akan keselamatan mu. Terima lah perjodohan ini.” Ucap wookie oppa sembari mengusap lembut kepalaku.
“tapi kenapa harus dengan namja pilihan appa, oppa?” tanyaku yang masih terisak. Wookie oppa tersenyum simpul mendengar pertanyaan ku.
“ yaa Hyerin-ah memangnya kau sudah memiliki pacar hah ?” bukannya menjawab dia malah bertanya balik padaku. Bisa-bisanya dia menggodaku di saat seperti ini.
“yaa oppa, aku serius. Jangan menggodaku.” Kataku dengan kesalnya . Dia hanya tertawa puas melihat ekspresiku. Heeem, oppa macam apa dia ? Disaat seperti ini masih sempat membuatku kesal. Kali ini wajahnya berubah serius dan mulai berkata.
“pikirkan lagi baik-baik Hyerin-ah. Aku yakin kau tak akan menyesal.” Katanya meyakinkanku.
“bagaimana bisa kau seyakin itu oppa ? aku bahkan tidak mengenal namja yang ingin di jodohkan dengan ku.” Kataku disambut dengan senyuman tulusnya.
“karena aku mengenalnya Hyerin, dia orang yang baik dan kurasa bertanggung jawab.” Jawabnya dan aku berfikir sejenak membayangkan namja itu. Wookie oppa lalu berdiri dihadapanku yang menyampaikan pesan terakhirnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan ku.
“ku harap kau bersedia menikah dengannya saengi.” Ucapnya di ikuti dengan senyuman simpulnya. Aku hanya memandanginya yang berjalan kearah pintu kamarku sampai benar-benar menghilang.
Yaa, apakah aku harus menerima nya ? aku benar-benar ragu.

*Flashback end*

Dan hari ini aku benar-benar ada di kenyataan yang sama sekali tidak ku harapkan. Ku pandangi bayangan yang ada cermin dan melihat sosok yeoja dengan balutan gaun mewahnya dan riasan yang membuat yeoja itu tampak begitu sempurna kecantikannya untuk dijadikan mempelai wanita. Yaa yeoja itu adalah aku. Saat ini aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa lagi. Seketika aku teringat dengan Woo Hyun, jujur saja saat ini aku merindukannya. Bagaimana kabarnya ? bahkan aku belum sempat berterima kasih padanya saat dia menolongku saat itu. Andai kau ada disini dan mengeluarkanku dari situasi ini Woo Hyun, aku akan benar-benar berterima kasih padamu. Tapi itu tidak mungkin.
Tiba-tiba saja muncul ide nakal di kepalaku yang sukses membuatku nyengar-nyengir (?) tak jelas. Yaa, aku berniat untuk membatalkan prosesi ini dengan mengatakan ‘tidak bersedia’. Aku tidak sabar melihat ekspresi keluarga ku dan para tamu undangan.

***

Ku lihat sosok namja itu dari belakang, ketika tangan ku menggenggam erat lengan appa ku yang sembari menuntunku menuju namja itu. Sampai sejauh ini hanya punggungnya yang terlihat, memang karena dia berdiri membelakangi ku. Seketika aku teringat dengan ide gila ku tadi. apa aku benar-benar akan melakukannya ? apa aku yakin ingin mempermalukan keluargaku di depan para tamu undangan ? ya, aku akan melakukannya. Bagaimana pun aku berhak menolak.
Tangan ku kini beralih dari yang semula di lengan appa menjadi di genggaman namja ini. Aku masih belum berani menatapnya. Bahkan meliriknya pun aku enggan.
Bagaimana ini ? dia mengucapkan kata ‘bersedia’ setelah ditanya kesediaannya menikah dengan ku. Dan aku ?
Aku memberanikan diri untuk meliriknya saat giliranku di tanya kesediaan ku. Betapa kaget nya aku menangkap sosok namja yang selama ini menjadi musuhku, partner percobaan ku, juga namja yang beberapa waktu lalu aku rindukan. Jang Woo hyun, kenapa bisa ? dia mengedipkan matanya saat aku menatap wajahnya dengan ekspresi kaget ku. Seolah memberi isyarat bahwa aku tidak sedang bermimpi.
Entah bujukan dari mana aku mengatakan kata ‘bersedia’ saat aku ditanya. Ooh apa aku gila ?
Tapi rasanya aku tak sesedih tadi. apa karena namja itu adalah Woo Hyun ? ah entahlah.

***

Kini aku berada kamarku, oh lebih tepatnya kamar ku dan Woo Hyun. Ya bagaimana pun aku sudah resmi jadi istri nya. Apa ? istrinya ? apa aku sudi menyandang gelar itu ?
Ketika kulihat Woo Hyun masuk ke dalam kamar kami, aku segera melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ingin ku tanyakan.
“yaa Woo Hyun, sepertinya kau sudah merahasiakan ini dariku. Sejak kapan kau mengetahui tentang perjodohan ini ?” tanyaku membuatnya tertawa sejenak dan sesegera mungkin menjawabnya.
“tentu saja chagi (sayang). Sejak awal.” Jawabnya dengan lagi-lagi diiringi gelak tawa nya. Sungguh ini tidak lucu.
“mworago ? sejak awal ? aiiish, kau ini benar-benar.” Ucapku dengan nada tinggi. Dan sesegera mungkin ku lanjutkan kalimatku.
“mengapa kau lakukan ini pada ku Woo Hyun ?” pertanyaanku membuatnya berjalan mendekatiku. Kurasakan tangannya yang memegang lembut pinggangku lalu menjawab pertanyaan ku tadi.
“because i love you, chagi .” jawabnya tepat di telingaku dengan nada bicara sedikit berbisik.
“bagaimana bisa kau mencintaiku sementara selama ini kau...” kalimat ku terputus ketika tiba-tiba dia berhasil mendaratkan bibirnya di keningku. Badan ku terasa panas dingin sekarang, darahku berdesir cepat. Apa yang sebenarnya iya lakukan terhadapku ? mempermainkanku hah ? tapi kenapa rasanya lembut sekali , membuatku merasa tenang.
“dengar aku, aku sudah mencintaimu sejak kita masuk Kyunghee Hyerin. Aku tak tau kenapa sejak ku melihatmu pertama kali kau selalu muncul dalam pikiranku. Tapi aku tak ada kesempatan untuk menyatakan perasaanku ini. Kau tau ? karena kau selalu bersikap cuek padaku. Dan kau selalu saja memasang tatapan sinis mu itu setiap kali kita berpapasan. Dan kau tau ? itu membuatku tersiksa Hyerin. Akhirnya aku memutuskan untuk mengurungkan niatku itu dan mengalihkan kedekatan kita dengan cara lain, yaitu menjadikanmu sebagai bulan-bulananku. Aku suka saat kau mendengus kesal, aku juga suka tatapan sinis mu itu, aku sangat suka semua ekspresi yang kau berikan kepadaku. Dan semenjak kejadian dimalam itu, aku jadi khawatir akan keadaan mu. Bahkan kau tak pernah masuk kuliah lagi sejak itu. Lalu aku berfikir untuk melamarmu. Dan ternyata appa mu adalah rekan bisnis appa ku. Tentu saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini karena memang ini yang ku mau. Betapa bahagianya aku ketika appa mu menerima lamaran ku saat itu. Dan saat ini aku lebih bahagia, bahkan seribu kali lebih bahagia dari waktu itu. Dan kau tau kenapa ?” jelasnya panjang lebar, air mata ku sudah mendesak untuk keluar dari pelupuk mata ku saking terharu nya. Dia menatapku dalam dengan tatapan tulusnya dan meneruskan kalimatnya.
“karena kini aku dapat meraihmu, mendekapmu dalam setiap pelukanku dan menjagamu sampai akhir hidup ku nanti.” Sungguh kata-katanya benar-benar indah terdengar di telingaku. Kini air mata ku mengalir dengan derasnya. Aku benar-benar sudah luluh dalam cinta nya, dalam hati nya, hingga membuat jantung ku ingin melompat dari tempatnya.
“Woo Hyun, kau...” tatapku sinis padanya.
“emm..? wae ?” jawabnya dengan diiringi senyuman menggodanya itu.
Ku lingkarkan tangan ku di leher nya dan secepat kilat ku benamkan wajahku di dadanya. Hangat, kurasakan detak jantungnya.
Aku terkesiap ketika dia mencium pipi ku hangat juga lembut. Membuat pipi ku memanas dan dapat kupastikan sekarang pasti sudah memerah. Di arahkannya bibirnya menuju telingaku dan berkata.
“saranghae chagi.” Lalu kutatap matanya sejenak dan berniat membalas bisikannya itu. Sungguh aku tidak pernah menyangka akan mengatakan ini pada nya, sebuah kata yang tak pernah terbayang dalam fikiranku, sebuah kata yang sama sekali tak ada niatan sebelumnya untuk ku katakan kepadanya, kini harus sesegera mungkin dia dengar.
“nado, saranghae my enemy.”