Title :
Saranghae, My Enemy
Author :
*******
Category : Oneshoot
Genre :
Romance
Cast :
·
Kim Hye Rin
·
Jang Woo Hyun
·
Choi Rae Mi (as Hye Rin friend’s)
·
Kim Ryeowook (as Hye Rin brother’s)
·
Other Cast
Author Note’s :
Annyeong hehe :D pertama kalinya nih buat ff , jangan
kecewa karena masih jauh dari kata sempurna .... tapi saya akan berusaha sebaik
mungkin haha *menggebu-gebu*
Karena cast nya di impor langsung dari Korea dan setting
nya juga di negara gingseng itu *abaikan* jadi anggap aja ini pake bahasa korea
yang di translate ke bahasa Indonesia yaa *maksa banget authornya* .. :D
Yaudah dueeh, dari pada authornya banyak bacot mending
langsung aja daaaaah !!!
Hye Rin POV
Aku segera berlari menyusuri lorong
kampus yang sudah sepi, karena sebagian kelas yang ku lewati memang sudah
memulai jam pelajarannya. Untuk kesekian kalinya ku lirik jam yang melingkar di
pergelangan tangan ku.
“haaah sepertinya aku telat lagi”.
Kupercepat gerakan kaki ku dan berharap segera sampai di kelasku.
Kini langkah ku terhenti tepat di
depan pintu kelas. Dan benar saja, Jung Songsaengnim sudah ada di kelasku.
Dengan ragu ku genggam handle pintu dan segera membukanya. Seketika tubuhku
bergetar, yaa bagaimana tidak ? ini sudah ketiga kalinya aku terlambat di jam
pelajaran Jung Songsaengnim. Dan pada keterlambatanku yang kedua, dia berjanji
akan menghukum ku jika aku terlambat lagi. Tanpa diragukan lagi aku pasti
dihukum. ‘Ooh ya Tuhan, mati lah aku.’
Songsaengnim menatapku yang mematung
di pintu dan tatapanya sukses membuatku bergidik ngeri. ‘Ya Tuhan semoga aku
akan baik-baik saja.’ Harapku dalam hati. Dan kini jung songsaengnim sudah ada
didepan ku. Tangannya yang menggenggam sebuah penggaris perlahan di gerakkan
menuju kepalaku.
‘TUUUK’
“yaaaa, jeongmal appoyo (sakit sekali)
songsaengnim.” Teriakku refleks sesaat setelah Jung songsaengnim berhasil
mendaratkan penggarisnya tepat di ujung kepalaku dan sukses membuat tawa di
ruangan ini memecah sesaat. Bagaimana rasanya ? oh jangan ditanya, mungkin jika
satu kali lagi dia memukul dengan kekuatan yang sama aku bisa hilang ingatan
*author lebai-_-*.
“itu hukuman karena kau terlambat lagi
Hyerin-ah.” Katanya sambil mendaratkan pukulannya lagi di kelapa ku untuk kedua
kalinya, walaupun tidak sesakit yang tadi.
“lain kali, jika kau terlambat lagi
aku tidak yakin kepala mu akan selamat Hyerin-ah. Arraseo ? (mengerti ?).”
katanya-katanya benar-benar seperti petir disiang bolong (?).
“ah, ne songsaengnim arraseo. Mianhae
(maaf).” Jawabku yang masih sibuk mengusap bekas pukulan songsaengnim tadi.
Tanpa menunggu aba-aba darinya lagi, aku segera berjalan menuju kursi kosong
dan langsung mendudukinya.
“yaa Hyerin-ah, sudah ku bilang kau
tidak akan bisa tidak datang terlambat, iya kan ? hahaha.” Suara namja (pria)
yang terdengar dari belakangku ini benar-benar membuatku kesal. Ya, itu suara
Woo Hyun, Jang Woo Hyun. Musuh sejati ku sejak aku masuk Kyunghee University.
“jangan menggodaku, atau kau akan mati woo Hyun-ssi.” Ucapku padanya dengan
tatapan yang menusuk (?) pandangan siapapun yang melihatnya.
“ooh, kau pikir aku takut noona Kim ?”
tanya nya dengan evil smirk nya yang dapat membuat semua wanita terpesona
setengah mati, ralat, semua wanita kecuali aku. Ciiih, dia pikir aku akan
tergoda dengan senyumannya itu. Jangan harap Tuan Jang.
Aku tidak mempedulikan pertanyaannya
lagi dan segera mengeluarkan buku dari tasku. Karena menurutku pertanyaannya
tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pelajaran Jung songsaengnim.
“yaa hyerin-ah kenapa kau terlambat
datang lagi, hah ?” kali ini pertanyaan datang dari yeoja (wanita) yang ada
disampingku.
“hehe, aku telat bangun lagi Raemi-ah.
Dan kau tahukan bagaimana macetnya jalan dipagi hari ?” ucapku menjawab
pertanyaan yang diajukan sahabat ku tadi.
“yaa, kau ini selalu menggunakan
alasan itu Hyerin, aku sampai hafal karena kau mengucapkannya setiap kali kau
telat.” Aku hanya nyengir (?) dan tidak menjawab ucapannya.
***
“Baiklah sampai jumpa di pertemuaan
yang akan datang.” Ucap Jung songsaengnim sembari membungkukkan tubuhnya 90
derajat.
“Ne songsaengnim.” Jawab seisi ruangan
serempak. Sepeninggal Jung songsaengnim, lagi-lagi Woo Hyun menggodaku.
“yaa noona Kim, besok jangan lupa
datanglah lebih telat lagi, aku ingin lihat apa yang akan di lakukan Jung
songsaengnim pada mu.” Aku hanya menatapnya sinis dan segera keluar dari
ruangan itu dan meninggalkannya yang sedang asik menertawaiku. Namja itu
benar-benar membuat ku gila.
Ku langkahkan kakiku menuju sebuah
bangku taman ketika pandanganku menangkap sosok yeoja yang selama 7 tahun
belakangan ini menjadi sahabatku sedang terduduk di bangku taman tersebut
sambil membaca buku novelnya. Ya dia itu jatuh cinta sekali pada novel. Bahkan
mungkin 99% dari hidupnya diisi dengan membaca novel.
“Raemi-ah.” Panggil ku sedikit
berteriak saat menghampirinya. Raemi menoleh sembari melontarkan senyumnya.
“sedang apa kau ?” tanyaku yang sebetulnya
aku sudah tau jawabannya *kalo gitu ngapain nanya-_-*.
“ah Hyerin, aku sedang membaca novel
yang baru saja ku beli kemarin sore.” Jawabnya sambil terus memandang baris
demi baris pada halaman novelnya.
“kau tau, kali ini novel yang ku beli
bercerita tentang sepasang namja dan yeoja yang bermusuhan lalu di jodohkan,
cerita nya lucu Hyerin-ah hahaha.” Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan pada
baris-baris novel itu.
“ah, benarkah ?” jawabku sekenanya.
“walaupun aku belum menyelesaikan
bacaanku ini, tapi aku yakin mereka pasti akan saling jatuh cinta juga pada
akhirnya.” Lanjutnya lagi sembari mendongakkan kepalanya seraya membayangkan
tokoh dalam novelnya saling jatuh cinta.
“Raemi-ya, apakah kau sudah menemukan
percobaan apa yang akan kau buat untuk tugas akhir skripsi mu nanti ?” kali ini
pertanyaanku mengalihkan perbincangan semula kami. Ya aku adalah mahasiswi Kyunghee
University jurusan teknik kimia yang sesaat lagi akan menjalani sidang skripsi.
“em, ya aku sudah menyepakatinya
dengan Ji Hoon. Dan kami akan mulai kerja minggu depan.” Jawabnya yang kini
menatapku dan menanggalkan buku novelnya. Ya Ji Hoon adalah partner nya dalam
kelompok tugas akhir kami. Beberapa hari yang lalu Jung songsaengnim mengatur
pembagian partner agar sesegera mungkin kami menyelesaikan tugas akhir
tersebut. Beruntunglah Raemi mendapat Partner seperti Ji Hoon. Dan aku ? ya
bahkan aku lebih beruntung, aku mendapat partner yaitu mahasiswa terpintar di
kelas kami. Apa aku harus senang ? tapi nyatanya justru sebaliknya. Apa kalian
tahu siapa partnerku ? aah, menyebut namanya saja aku muak. Ya Jang Woo Hyun
partnerku. Aah sudah kubilang, aku muak menyebut namanya. Dia memang saingan
terberatku, IP kami tak terpaut jauh bahkan hampir sama. Tanpa harus ku
jelaskan lagi, kepintarannya juga sukses membuat namja itu populer setengah
mati di kalangan para yeoja di kampus ini. Ah, apa hebatnya dia. Tapi bukan itu
yang membuatku membencinya. Aku membencinya karena dia tidak bosan-bosannya
mengerjaiku setiap saat sampai aku muak. Bahkan mungkin satu kampus tahu bahwa
aku memang bermusuhan dengan nya. Kalau bukan karena Jung songsaengnim yang
minta aku benar-benar tak mau jadi partner nya.
“bagaimana denganmu Hyerin ?”
pertanyaan Raemi sontak membuatku tersadar dari lamunanku.
“aah, mworago ? (apa yang kau katakan
?).” tanya ku karena memang saat iya bertanya aku belum sepenuhnya sadar.
“bagaimana dengan mu ? apakah kau dan
Woo Hyun sudah menemukan materi untuk percobaan kalian ?” kali ini iya bertanya
lebih detail.
“ah, membicarakannya saja belum.”
Jawabku seadanya.
“mwo ? (apa ?) kalian belum
merundingkannya ? omo (yaampun) bagaimana kalian ini.” Ucapannya membuatku
lebih frustasi karena mendapat partner seperti Woo Hyun.
“ya Raemi kau tau sendiri kan kami itu
tak pernah akur.” Jawabku jujur.
“jadi karena hal bodoh itu kau belom
merundingkannya ?” aku hanya mengangguk mendengar pertanyaan Raemi tersebut.
“yaa Hyerin, lupakanlah dulu
permusuhan kalian. Apa kau mau mendapat nilai buruk pada percobaan mu nanti
hanya gara-gara kalian sibuk bertengkar hah ?” kali ini pertanyaannya membuat ku
menjawab dengan tergesah.
“aniyo (tidak), tentu saja tidak mau.”
Ya siapa yang rela nilai nya buruk hanya karena masalah sepele seperti itu.
“kalo begitu segeralah berunding
dengannya.” Saran Reami membuatku bingung harus berbuat apa. Apa aku harus
datang padanya dan membuat perjanjian untuk beberapa saat agar tugas akhir ku
berjalan lancar ? apakah aku harus membuat perjanjian akur sesaat ? ah
entahlah, itu membuat kepala ku pusing.
***
Matahari mengedipkan sinarnya memasuki
jendela kamarku yang berhasil membuatku mengerjapkan mata ku perlahan.
“hooooaaam..” rasanya aku benar-benar
masih mengantuk. Tapi ku urungkan niat ku untuk tidur lagi pagi ini. Ku buka
perlahan mataku dan meraih jam yang ada di meja di sebelah ranjang tidurku.
Kupandangi jarum jam yang menunjukkan pukul 6:05. Itu membuatku bernafas lega,
karena hari ini aku tidak telat bangun lagi ^^.
Kulangkah kan kaki ku menuju kamar
mandi yang ada di kamarku ini. Aku bergegas mandi agar aku tidak terlambat dan,
yaa jadi bahan tertawaan si babo (bodoh) Woo Hyun itu. Aku sudah lelah jadi
bahan ejekannya setiap hari. Setelah rapi, segera aku turun menuju meja makan.
Kudapati appa yang sedang membaca korannya dan eomma yang menyiapkan sarapan
untuk kami.
“annyeong appa eomma.” Sapaku seraya
tersenyum kearah mereka dan dibalas dengan senyuman tulus mereka.
“tumben sekali anak eomma yang satu
ini sudah rapi, tidak seperti biasanya yang selalu terlambat bangun” eomma
menggoda ku selayaknya Woo Hyun menggoda ku. Ciih kenapa aku tiba-tiba menyebut
namanya.
“eomma, aku kan tidak mau selamanya
bangun telat.” Jawabku dengan pura-pura merajuk.
“annyeong appa, eomma, dan eh Hye Rin
tumben kau sudah bangun ?” tiba-tiba muncul wookie oppa dan mengacak-acak
rambut ku. Pertanyaannya membuatku kesal. Aku tidak menjawab pertanyaannya yang
jelas-jelas juga bermaksud menggoda ku.
“yaaa, kenapa semua orang di rumah ini
senang sekali menggodaku hah ?” mendengar pertanyaan ku sontak mereka tertawa
dengan kompaknya. Membuatku semakin kesal.
“yaa saengi (adik), kami tidak
menggoda mu. Kami hanya mengatakan yang sebenarnya.” Kembali perkataan kakak
laki-laki ku ini membuatku mengerucutkan bibirku, dan ku pasti kan pipi ku
sudah memerah kini karena malu bercampur kesal.
“yaa madumdero (terserah kau).” Ucapku
yang lalu mengundang kekehan geli dari mereka.
***
Ah akhirnya aku dapat bernafas lega.
Hari ini aku tidak harus berlari-lari untuk menuju kelas lagi seperti kemarin.
Ya, hari ini aku datang lebih pagi. Dan aku menang karena kupastikan Woo Hyun
pasti mengiraku terlambat lagi. Sesampainya di kelas aku langsung menyapa
sahabatku, Raemi.
“annyeong Raemi-ah.” Sapaanku sontak
menghentikan aktifitasnya yang sedang asik membaca novel seperti biasanya.
“aah Hyerin, baguslah kau tidak telat
hehe” dia terkekeh sesaat setelah memandang ku yang berdiri di hadapannya. Ah
sama saja seperti keluarga ku, sama-sama menggodaku. Aku hanya memasang senyum
ku padanya.
“yaa noona Kim, kenapa kau tidak
datang terlambat lagi haah ? padahal kan aku ingin melihat kau di hukum oleh
Jung songsaengnim, ckckck sayang sekali kesempatan itu tidak datang hari ini
ya.” Tawanya membahana seusai menyelesaikan kalimatnya.
“jangan harap tuan Jang.” Ucapku
seraya menatapnya sinis. Seketika aku ingat dengan tugas akhir skripsi ku. Oh
ya Tuhan, eotteoke ? (bagaimana ?). aku tak mungkin melakukannya sendiri tanpa
bantuan namja kan. Tapi bagaimana caranya aku membicarakan ini dengan si babo
Woo Hyun itu. Aah memikirkannya kali ini membuatku sakit perut.
Tak lama Jung songsaengnim sudah
memasuki kelas ku. Aku bebas dari hukumannya hari ini karena aku tak datang
terlambat hehe^^.
“annyeong haseyo.” Sapa Jung
songsaengnim
“annyeong songsaenim.” Jawab kami
serempak.
“bagaimana tugas akhir skripsi kalian
? apa ada yang sudah memulainya ? songsaengnim berharap kalian bisa
menyelesaikan secepatnya. Arraseo ?” Pertanyaan Jung songsaengnim membuatku
menatap sinis Woo Hyun. Seakan bertanya ‘bagaimana dengan tugas kita ?’.
Hye Rin POV end
Woo Hyun POV
“bagaimana tugas akhir skripsi kalian
? apa ada yang sudah memulainya ? songsaengnim berharap kalian bisa
menyelesaikan secepatnya.” Pertanyaan itu sontak membuatku teringat akan tugas
akhir skripsi ku. Ah bagaimana aku bisa lupa.
Sesaat setelah songsaengnim
menyelesaikan kalimatnya Hyerin memandangku sinis, seperti melontarkan sesuatu
kepadaku, entah apa itu. Apa aku harus menyudahi semua ini ? menyudahi
permainan yang ku buat sendiri ?
Ya sejujurnya aku memang tidak tega
melakukan ini pada Hyerin, yeoja yang jelas-jelas... ya mungkin ku sukai. Ah
entahlah aku bingung. Lalu apa katanya nanti jika aku tiba-tiba meminta maaf
kepada nya, ooh dia bisa besar kepala nanti. Tapi mau tak mau aku harus
melakukan ini semua, demi tugas kelompokku. Ya sebenarnya juga untuk menyudahi
ini semua, karena aku mulai tak tega melihatnya menjadi bulan-bulanku selama
ini.
***
Ah bagaimana ini, sekarang hanya
tinggal aku dan Hyerin yang ada di kelas ini, karena beberapa saat yang lalu
Jung songsaengnim sudah menyelesaikan kelasnya dan di ikuti dengan seisi kelas
yang berhamburan keluar ruangan. Apa aku harus menegurnya sekarang ? ah iya,
sekarang . harus sekarang juga.
Sekarang aku sudah tepat berada di
belakangnya menatap punggungnya yang membelakangi ku. Seketika dia menoleh, ya
mungkin karena merasa seseorang memperhatikannya. Dan seketika itu juga matanya
menatapku membuat darahku berdesir dan jantungku berdetak semakin cepat dari
biasanya. Oh ya Tuhan, yeoja ini benar-benar membuatku gila.
“yaa sedang apa kau di sana tuan Jang
?” tanyanya sontak membuatku terbelalak kaget. Aku hanya mengeluarkan evil
smirk ku. Tak lama dia kembali meneruskan kalimatnya.
“apa kau mau menjahiliku lagi hah ?”
pertanyaannya kali ini membuatku murung. Apa aku sejahat itu pada nya ? oh ya
Tuhan maafkan aku telah menyakiti nya.
“yaa noona Kim, kenapa kau sinis
sekali padaku hah ? padahal aku kan datang baik-baik bermaksud mengajak mu
damai, kalau memang kau tidak mau yasudah.” Dengan gaya ku yang so’ cool, atau
memang benar-benar cool ya, aku berjalan melewatinya tanpa dosa. Ya bermaksud
menggodanya. Mengingat tugas akhir skripsi ku harus segera di selesaikan mana
mungkin dia menolak ajakan ku untuk berdamai. Yaa kau itu memang pintar Jang
Woo Hyun hahaha. Kupastikan sebentar lagi dia akan memanggilku.
“ya babo, chamkanman (tunggu
sebentar).” Hahaha benar saja kataku. Aku menang noona Kim.
Woo Hyun POV end
Hye Rin POV
“yaa noona Kim, kenapa kau sinis
sekali padaku hah ? padahal aku kan datang baik-baik bermaksud mengajak mu
damai, kalau memang kau tidak mau yasudah.” Mwo ? Mworago ? dia mengajakku berdamai
? aku tidak salah dengar ? atau aku sedang bermimpi ? aah segera kuakhiri pertanyaan-pertanyaan
itu. Dan bergegas memanggilnya sebelum dia benar-benar keluar meninggalkan
ruangan ini.
“ya babo, chamkanman (tunggu
sebentar).” Segera kuhampiri dia yang tepat berdiri di pintu.
“baiklah aku mau, tapi dengan syarat.”
Aku mengajukan syarat supaya dia tidak macam-macam kepada ku.
“katakan, apa yang kau mau ?” kini dia
menanyakan apa syarat yang ingin aku ajukan.
“kau tidak boleh menjahiliku lagi,
sampai tugas kita selesai sepenuhnya dan dengarkan semua perkataanku. Dan jika
kau melanggarnya, maka jangan harap nama mu tertera dalam tugas akhir ini tuan
Jang. Arraseo ?” dia terlihat berfikir sejenak sampai akhirnya menyetujui
persyaratanku.
“geureyo (baiklah), arraseo !!” aku
tersenyum puas dan mengulurkan tangan ku untuk berjabat tangan dengannya. Tapi
tunggu, kenapa dia tidak mengajukan persyaratan apapun ? ah aku tak peduli,
yang penting dia menyetujui persyaratan ku.
Hye Rin POV end
Woo Hyun POV
“geureyo, arraseo !!” aku menyetujui
persyaratannya, yaa apa sulit nya jika hanya persyaratan seperti itu. Lagi pula
aku tidak akan menjahilimu lagi sejak saat ini juga Hyerin. Aku sengaja tidak
mengajukan syarat padanya, karena aku sadar selama ini aku hanya bisa
menyakitinya saja. Dan sekarang semuanya terserah pada nya.
“baiklah besok kita mulai kerja. Selesai
jam mata kuliah pergilah ke Laboratorium, aku menunggu mu disana. Jangan telat
seperti kebiasaanmu. Arraseo?” aku beranjak pergi dari hadapannya setelah
sebelumnya ku acak-acak rambutnya. Haha kuyakin saat ini dia sedang mendengus
kesal karena ulahku.
***
Hari ini hari pertama ku mengerjakan
tugas akhir skripsiku dengan Hyerin. Entah mengapa rasanya jantung ku berdebar
kencang saat ini. Apa aku senang ? ooh sangat, tidak dapat terungkap dengan
kata-kata. Aku sedang menunggunya di Laboratorium kampus kami. 15 menit aku
menunggunya di sini, membuatku mendengus kesal karena kebisaan buruknya yang
selalu telat.
Seketika perasaan kesalku hilang saat
ku tangkap sosok yeoja yang ku tunggu dari tadi berlari dari arah luar
laboratorium dan segera menghampiriku.
“yaa Hyerin, darimana saja kau hah ?
kau tidak tahu aku sudah lama menunggumu disini ? kebiasaan mu itu memang
benar-benar tidak bisa hilang.” Omelku pada nya yang masih sibuk mengatur nafas
yang tersengal karena efek lari menuju Lab.
“haah..haah, mianhae Woo Hyun-ah. Na
itneun (aku lupa) hehe.” Jawabnya yang di akhiri dengan cengirannya itu.
Mworago ? itneun ? aah dasar Hyerin babo.
“yaa babo, sudah ku bilang kan kalo
hari ini kita mulai kerja. Bagaimana kau bisa lupa ? dasar babo.” Terlihat
wajahnya yang kesal karena mendengar perkataanku.
“aah, kau ini. Aku kan sudah minta
maaf tadi.” Jawab nya dengan wajah yang memerah. Wajahnya terlihat lucu saat
seperti ini^^.
“baik lah aku maafkan, lain kali jika
kau terlambat lagi namamu yang akan aku coret dalam tugas akhir kita.” Kali ini
aku berbicara dengan nada mengancam yang segera dia sangkal.
“yaa, andwae (jangan) Woo Hyun.”
Jawabnya, kali ini wajahnya terlihat cemas karena ancaman ku tadi.
“kalo begitu bersikaplah dislipin,
arraseo ?” kali ini aku menasehatinya sembari mencari peralatan dalam lemari
etalase di ruang Lab ini untuk ku gunakan dalam percobaanku.
“geureyo. Mianhae.” Kali ini ucapannya
terdengar dengan nada menyesal.
Woo Hyun POV end
Hye Rin POV
“geureyo. Mianhae.” Jawab ku menyesali
keterlambatanku sembari menatapnya yang sedang sibuk mencari-cari sesuatu di
lemari etalase dimana tempat alat-alat Lab di simpan.
Segera ku hampiri dia yang sedang
sibuk dengan aktifitasnya itu.
“percobaan apa yang akan kita lakukan
?” tanyaku sembari menatapnya yang tidak menatapku.
“em, kita lakukan yang mudah saja.”
Jawabnya dengan pandangan nya yang masih tetap berkutat pada alat-alat itu.
“geure, apa yang bisa ku bantu ?”
tanyaku pada nya bermaksud membantunya mencari bahan-bahan yang kami butuhkan.
“jebal (tolong) ambilkan timbangan
untuk mengukur berapa banyak bahan yang kita butuhkan !” Jawabnya. Kali ini dia
menoleh dan meminta pertolongan ku dengan lembut sembari tersenyum simpul.
Orang sepertinya bisa lembut juga ? ah aku tidak pernah mengira sebelumnya. yaa
kenapa aku jadi memikirkannya ? tanpa mengindahkan pertanyaan ku sendiri, aku
bergegas menuju lemari tempat dimana timbangan itu disimpan yang tak jauh dari
tempat ku berdiri tadi. Setelah ku buka lemari besar yang ada di Lab ini, ku
edarkan pandanganku mencari-cari benda yang ku maksud. Mata ku berhenti di
suatu titik ketika aku menemukan benda yang ku cari tadi. Ya itu dia, tersimpan
rapi pada bagian paling atas lemari ini. Tapi tunggu, bagaimana cara aku
mengambilnya ? mengingat lemari ini cukup tinggi dan aku tidak dapat menjangkau
bagian paling atas. Ku jijitkan kaki ku berharap aku bisa menggapai timbangan
itu. Aku terkesiap ketika sepasang tangan melingkar di pinggang ku dan
mengangkat tubuhku untuk dapat menggapai benda yang ingin kuambil. Dengan cepat
aku menoleh dan menangkap sosok Woo Hyun yang melontarkan senyumnya.
“yaa, mau apa kau ?” ucapanku sedikit
berteriak karena kaget.
“palli (cepat) ambil timbangannya
Hyerin-ah.” Pinta nya sambil meringis, mungkin menahan beratnya badanku. Tanpa
bertanya lagi segera ku ambil timbangan yang kali ini dapat kugapai dengan
tanganku.
“yaaa, aku sudah mendapatkannya.”
Ucapku senang karena aku dapat mengambil timbangan yang sedang kubutuhkan itu.
Dan seketika kurasakan tubuhku tidak seimbang, seperti ingin jatuh.
‘BRUUUUK’
Dengan cepat aku jatuh di atas tubuh
Woo Hyun. Terlihat jelas matanya menatapku dalam ketika aku menatapnya.
Seketika darah ku berdesir dan fikiranku mulai kacau. Yaa ada apa dengan ku ?
dengan gerakan cepat segera aku bangkit dari tubuhnya dan membantunya untuk
bangun.
“aah, mianhae Woo Hyun-ah.” Ucapku
meminta maaf sembari ku ulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Dia hanya
diam dan meringis memegang pantatnya yang sepertinya sakit akibat jatuh tadi.
“yaa Hyerin-ah, kenapa tubuhmu berat sekali
? kau ingin membuatku cepat mati hah ? aah appoyooo..” ucapnya yang membuatku
terkekeh geli melihat ekspresinya yang berantakan itu.
“maafkan aku Woo Hyun, lagi pula kan
kau yang tadi mengangkat ku.” Jawabku membela diri. Kali ini dia tak menjawab lagi
ucapan ku dan bangkit dari duduk nya.
“lain kali gunakan kursi untuk
mengambilnya, dasar babo.” Ucapannya yang berhasil membuatku menatapnya kesal
karena menyebutku babo. Ciih, siapa yang babo ? dia atau aku ?
Hye Rin POV end
***
Author POV
Sejak peristiwa jatuhnya pasangan tadi
tidak ada kata-kata lagi yang terlontar dari salah satunya. Keduanya hanya diam
dan sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat peristiwa
tadi. Satu persatu prosedur kerja mereka jalani. Tanpa bicara mereka dapat
melakukannya dengan baik, mengingat mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi
terpintar dikelasnya. Woo Hyun mengerjakan bagian percobaan yang digolongkan
cukup sulit karena tak mungkin dia meminta Hyerin yang melakukannya mengingat
Hyerin itu yeoja. Sedangkan Hyerin mengerjakan bagian percobaan yang ringan dan
tidak terlalu berbahaya. Keduanya melakukannya dengan baik dan sesegera mungkin
menyelesaikan bagian yang pertama pada hari ini juga.
Hari semakin sore, matahari juga akan
beranjak sesaat lagi. Woo Hyun dan Hyerin yang masih tengah asik melakukan
pekerjaan nya tak sadar bahwa jam sudah menunjukan pukul 5:36 pm. Dan mereka
akhirnya memutuskan untuk melanjutkan percobaan selanjutnya esok hari. Tanpa
menunggu hari gelap mereka bergegas meninggalkan ruangan Laboratorium yang
mereka tempati tadi dan berjalan menuju parkiran. Suasana kampus yang memang
sudah sepi itu pun menambah kentalnya kesan hening yang tercipta diantara
keduanya.
Terlihat sebuah Audi hitam metalik
yang terparkir tak jauh dari mereka. Mobil yang memang tinggal satu-satunya
berada di parkiran itu milik Woo Hyun. Ya Woo Hyun memang anak tunggal dari
seorang keluarga terpandang, seorang pengusaha terkaya nomor 5 di Korea
Selatan. Tak jarang dia juga berganti-ganti kendaraan dan menggunakan
barang-barang mewah. Dan itu menjadi penyebab kepopulerannya di Kyunghee
University ini nomor dua setelah ketampanannya. Sungguh kehidupan yang
mendekati sempurna.
Keduanya masih terdiam sampai akhirnya
Hyerin meraih ponsel di tasnya untuk menelfon seseorang. Hyerin mulai menekan
tombol-tombol yang ada di ponselnya itu dan segera mengarahkannya menuju
telinganya. Woo Hyun hanya menatapnya bingung seraya bertanya-tanya dalam hati
siapa yang Hyerin telfon.
Belom sampai Hyerin mengarahkan telfonnya
ke telinganya, Woo Hyun mengeluarkan suaranya.
“yaa Hyerin, siapa yang ingin kau
telfon ?” Woo Hyun bertanya dengan wajah yang memasang tampang penasaran.
“supir ku, aku ingin menyuruhnya
segera menjemputku. Wae ?” jawabnya sembari mengarahkan ponselnya kembali
menuju telinganya untuk meneruskan kegiatannya tadi. belum sempat ponselnya
meraih telinga nya kini lagi-lagi Woo Hyun berhasil menggagalkannya lagi dan
meraih ponsel di genggaman Hyerin.
“tidak usah, kajja (ayo) ikut aku.”
Pinta Woo Hyun. Dan sekarang tangannya menggenggam pergelangan tangan Hyerin
dan segera menariknya menuju audi nya yang terparkir tidak jauh darinya.
“Kyaaaa, apa-apaan kau ini Woo Hyun ?
palli kembalikan ponselku !” teriak Hyerin pada Woo Hyun yang terus menariknya
menuju audi nya. Tanpa menjawab teriakan Hyerin, Woo Hyun membuka pintu audi
nya segera dan menarik Hyerin untuk masuk ke dalam nya. Setelah Woo Hyun
berhasil menutup pintu audi nya yang iya buka tadi, dia segera beranjak menuju
pintu yang ada di seberang, yaa pintu untuk tempat duduk pengendara.
Kini kedua nya sudah ada di dalam
mobil mewah milik Woo Hyun itu. Keheningan yang tercipta membuat mereka begitu
canggung satu sama lain. Sampai pada akhirnya pertanyaan Hyerin memecah
kesunyian.
“ya babo, apa yang mau kau lakukan
terhadapku hah ?” tanya nya sambil mendengus kesal kearah Woo Hyun.
“mengantarmu pulang.” Tak ada kata
lagi yang tercipta di antara mereka setelah itu. Hyeri hanya menatap namja yang
ada di sampingnya dengan tatapan bingung.
Author POV end
Hye Rin POV
“mengantarmu pulang.” Jawabannya
membuat ku terbelalak kaget dan dilanjutkan dengan kebingungan. Mengantarku
pulang ? apa aku tidak salah dengar hah ? apa dia kerasukan hantu kampus
Kyunghee ? namja yang selama ini menjahiliku mau mengantarku pulang ? ooh sulit
di percaya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di
rumah ku, karena memang letak rumahku tak begitu jauh dari kampusku. Tapi
tunggu, darimana namja ini tau rumahku ? apa aku pernah memberi tahu nya ? aah
aku tak peduli, segera aku turun dari audi nya dan bergegas masuk. Belum sempat
ku langkahkan kaki ku memasuki pagar rumahku, suara namja itu terdengar dari
belakangku.
“hei babo, kau melupakan ponsel mu.”
Ucapnya sembari mengeluarkan senyuman evilnya itu. Yaaak menjijikan. Ku
urungkan niatku yang ingin segera memasuki pagar rumahku dan berbalik arah
menuju audinya lagi. Dengan gerakan cepat kuraih ponselku dari tangannya.
“gomawo, tuan Jang.” Ucapku dengan
penekanan di setiap kosa katanya. Segera ku tinggalkan namja gila itu menuju
rumahku setelah sebelum nya sempat ku keluarkan tatapan sinis ku.
***
Sudah 2 minggu aku mengerjakan
percobaan untuk tugas akhir ku bersama namja jelek itu. Dan tak heran membuatku
bosan berada dekat-dekat dengan nya selama 2 minggu terakhir dan mungkin
membuat yeoja-yeoja di luar sana iri pada ku, emm mungkin. Tak sedikit yeoja
yang mengharapkan mendapat partner seperti dia. Lalu, kenapa harus aku yang
menjadi partner nya ? toh banyak yeoja
lain yang menginginkannya kan. Entah itu sebuah kebetulan atau memang takdir
sialku. Tapi aku heran, sifatnya berubah 180 derajat padaku. Tak seperti dia
yang biasa menggodaku. Sungguh membuatku bingung
Hari ini aku akan segera menyelesaikan
percobaan ku. Ya, hari ini adalah hari dimana bagian terakhir percobaan ku di
lakukan. Dan kupastikan hari ini juga aku akan terlepas darinya hahaha. Aku
senang ? tentu saja haha.
Ku edarkan pandangan ku dan menangkap
sosok namja itu sudah ada di dalam Lab menungguku.
“aku tidak terlambat kan ?” tanya ku
ketika namja itu melontarkan senyum manis nya. Yaaaak kenapa aku ini ? manis ?
oh Hyerin kurasa kau sudah mulai gila karena bersamanya terlalu lama. Tapi ku
akui senyumannya tadi memang manis ^^.
“em, hampir.” Jawabnya lalu beranjak
dari duduk nya dan segera melakukan aktifitas seperti biasa. Yaa, percobaan
kami.
Seperti biasa, hanya diam yang bisa
kami lakukan apabila dalam keadaan seperti ini. Sesekali ku lihat jam yang
menggantung di dinding laboratorium ini. Berharap semoga waktu cepat berlalu.
Tapi hati ku mengatakan hal lain, rasanya aku masih enggan untuk beranjak dari
kebiasaan ini. Aduh, ada apa dengan diriku ? aku tak mau jauh darinya ? kurasa
aku memang sudah gila.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Dan
percobaanku berhasil dengan sempurna. Tinggal membuat laporan dan menyerahkan
nya pada Jung songsaengnim. Setelah kurapihkan alat-alat yang kupakai aku
beranjak pergi dari Laboratorium itu, ya tentunya bersama partner ku Woo Hyun.
“Woo Hyun, aku harus segera pulang ini
sudah malam. Terima kasih atas kerja sama nya selama ini. Monjo galgeyo (aku
duluan).” Ucapku dan segera menghilang dari hadapannya.
“chamkan Hyerin-ah.” Panggilnya dengan
nada sedikit berteriak. Tapi aku tak mempedulikan panggilannya dan semakin ku
percepat langkah ku agar menjauh darinya. Aku memang menghindarinya, karena aku
semakin kacau bila terus-terusan bersamanya. Tapi entah apa sebabnya, huuff.
Kini aku sedang berdiri di sebuah
halte yang tak jauh dari kampus ku. Sudah setengah jam aku menunggu supir ku
yang tak juga kelihatan batang hidung nya.
“aiiissh, eodieya Kang ahjussi ?
(dimana paman Kang ?).” racau ku karena bosan menunggu supir ku itu.
Tak lama mataku menangkap dua sosok
namja yang tak ku kenal berjalan menghampiriku. Siapa mereka ? mau apa mereka ?
tanya ku bertubi-tubi. Aku benar-benar takut.
“yaa, noona manis sedang apa disini ?”
tanya dari salah satu namja paruh baya tersebut. Langkahnya tergopoh-gopoh,
seperti orang mabuk. Dan sepertinya mereka memang mabuk. Yang satunya lagi
berusaha menyentuh dagu ku. Dengan cepat ku tepis tangannya dan berhasil
membuatnya marah.
“kau ini jual mahal sekali.” Ucap yang
satu lagi dan dengan sigap menarik kedua lengan ku.
“kyaaaa, mau apa kalian ?.” tanya ku
dengan nada berteriak. Saat ini aku benar-benar sudah takut setengah mati.
“kau akan jadi milikku noona manis
hahaha.” Ucapnya dan diakhiri dengan tawa nya yang tak jelas itu. Dengan
gerakan cepat mereka menarik ku ke sebuah pohon di sebelah halte bus. Aku
berusaha melepaskan diri dari mereka, tapi apa daya tenaga mereka jauh lebih
kuat dari ku.
“ku mohon lepaskan aku ahjussi.” Pintaku
sembari menahan air mataku agar tidak pecah. Mereka sama sekali tak
mempedulikan ku. Salah satu dari mereka menggenggam erat kemeja ku dan hendak
merobek nya. Kali ini tangisan ku benar-benar tak dapat di tahan lagi. Aku
menangis sejadi-jadinya. ‘Ya Tuhan, tolong aku selamatkan aku. kirim seseorang
untuk menolongku ya tuhan.’ Aku hanya bisa berdoa saat ini, berharap ada
seseorang yang menolongku. Aku hanya bisa menangis dan memejamkan mata. Tak
kuasa melihat kehidupan ku yang sesaat lagi akan hancur di tangan kedua namja
brengsek ini.
Belum sempat mereka melancarkan niat
nya untuk memperkosa ku, tiba-tiba sesosok namja menarik kedua tubuh mereka
menjauh dari ku. Tak terlihat jelas siapa sosok namja itu. Dia memukuli kedua
orang yang tadi berusaha memperkosaku. Aku hanya bisa menangis sambil memegang
dadaku yang hampir naked karena kemeja ku yang robek.
Kulihat kedua namja brengsek itu lari
menjauh secepat mungkin. Kudengar namja yang menolongku segera berlari
menghampiriku dan memanggilku. Tunggu, dari mana dia tahu namaku ?
“Hyerin, gwenchana ? (tak apa ?).” aku
terbelalak kaget ketika sosok yang kudapati ini ternyata Woo Hyun. Tanpa
membalas pertanyaannya segera aku berhamburan memeluknya. Dia membalas
pelukanku dan berusaha menenangkanku.
“ulljima, ada aku Hyerin-ah. Jangan
khawatir.” Ucapnya sembari mengusap rambutku dengan lembut.
***
Semenjak kejadian itu aku belum berani
keluar rumah. Rasanya aku masih benar-benar trauma. Bahkan kekampus pun aku
enggan melakukannya. Dan akibat kejadian itu appa ku terus mendesak ku untuk
segera menikahi pria pilihannya, ya dengan alasan karena khawatir pada ku.
*Flashback*
“appa akan segera melangsungkan
pernikahan mu Hyerin.” Appa tetap pada pendiriannya untuk menikahkan ku dengan
anak dari rekan bisnis nya. Appa ku seorang pengusaha yang cukup populer di
kalangannya, dan memiliki banyak rekan kerja. Ya salah satunya adalah Jang
ahjussi, rekan bisnis appa yang anak nya ingin di jodohkan dengan ku. Tapi aku
tetap dengan prinsipku untuk menolak permintaan appa itu.
“shireo (aku tidak mau) appa, aku
masih ingin kuliah dan menyelesaikan nya.” Ucapku membela diri. Tapi appa yang
memiliki kepribadian keras tetap akan melanjutkan rencana nya menjodohkan ku
dengan namja yang sama sekali aku tak kenal.
“kau bisa melanjutkannya nanti Hyerin.
Appa tak mau tau kau harus menerima perjodohan ini.” Appa beranjak pergi dari
kamarku dan tak memberiku kesempatan bicara lagi. Ooh Tuhan, apa ini takdir ku
? mengapa jadi seperti ini ?.
Aku tak kuasa menahan air mataku yang
sedari tadi tertahan. Kudengar langkah kaki yang menghampiriku di ranjang tidur
ku.
“Hyerin, ulljima. Appa melakukan ini
semua karena khawatir akan keselamatan mu. Terima lah perjodohan ini.” Ucap
wookie oppa sembari mengusap lembut kepalaku.
“tapi kenapa harus dengan namja pilihan
appa, oppa?” tanyaku yang masih terisak. Wookie oppa tersenyum simpul mendengar
pertanyaan ku.
“ yaa Hyerin-ah memangnya kau sudah
memiliki pacar hah ?” bukannya menjawab dia malah bertanya balik padaku.
Bisa-bisanya dia menggodaku di saat seperti ini.
“yaa oppa, aku serius. Jangan
menggodaku.” Kataku dengan kesalnya . Dia hanya tertawa puas melihat
ekspresiku. Heeem, oppa macam apa dia ? Disaat seperti ini masih sempat
membuatku kesal. Kali ini wajahnya berubah serius dan mulai berkata.
“pikirkan lagi baik-baik Hyerin-ah.
Aku yakin kau tak akan menyesal.” Katanya meyakinkanku.
“bagaimana bisa kau seyakin itu oppa ?
aku bahkan tidak mengenal namja yang ingin di jodohkan dengan ku.” Kataku
disambut dengan senyuman tulusnya.
“karena aku mengenalnya Hyerin, dia
orang yang baik dan kurasa bertanggung jawab.” Jawabnya dan aku berfikir
sejenak membayangkan namja itu. Wookie oppa lalu berdiri dihadapanku yang
menyampaikan pesan terakhirnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan ku.
“ku harap kau bersedia menikah dengannya
saengi.” Ucapnya di ikuti dengan senyuman simpulnya. Aku hanya memandanginya
yang berjalan kearah pintu kamarku sampai benar-benar menghilang.
Yaa, apakah aku harus menerima nya ?
aku benar-benar ragu.
*Flashback end*
Dan hari ini aku benar-benar ada di
kenyataan yang sama sekali tidak ku harapkan. Ku pandangi bayangan yang ada
cermin dan melihat sosok yeoja dengan balutan gaun mewahnya dan riasan yang
membuat yeoja itu tampak begitu sempurna kecantikannya untuk dijadikan mempelai
wanita. Yaa yeoja itu adalah aku. Saat ini aku benar-benar tak tahu harus
berbuat apa lagi. Seketika aku teringat dengan Woo Hyun, jujur saja saat ini
aku merindukannya. Bagaimana kabarnya ? bahkan aku belum sempat berterima kasih
padanya saat dia menolongku saat itu. Andai kau ada disini dan mengeluarkanku
dari situasi ini Woo Hyun, aku akan benar-benar berterima kasih padamu. Tapi
itu tidak mungkin.
Tiba-tiba saja muncul ide nakal di
kepalaku yang sukses membuatku nyengar-nyengir (?) tak jelas. Yaa, aku berniat
untuk membatalkan prosesi ini dengan mengatakan ‘tidak bersedia’. Aku tidak
sabar melihat ekspresi keluarga ku dan para tamu undangan.
***
Ku lihat sosok namja itu dari
belakang, ketika tangan ku menggenggam erat lengan appa ku yang sembari
menuntunku menuju namja itu. Sampai sejauh ini hanya punggungnya yang terlihat,
memang karena dia berdiri membelakangi ku. Seketika aku teringat dengan ide
gila ku tadi. apa aku benar-benar akan melakukannya ? apa aku yakin ingin
mempermalukan keluargaku di depan para tamu undangan ? ya, aku akan
melakukannya. Bagaimana pun aku berhak menolak.
Tangan ku kini beralih dari yang
semula di lengan appa menjadi di genggaman namja ini. Aku masih belum berani
menatapnya. Bahkan meliriknya pun aku enggan.
Bagaimana ini ? dia mengucapkan kata ‘bersedia’
setelah ditanya kesediaannya menikah dengan ku. Dan aku ?
Aku memberanikan diri untuk meliriknya
saat giliranku di tanya kesediaan ku. Betapa kaget nya aku menangkap sosok
namja yang selama ini menjadi musuhku, partner percobaan ku, juga namja yang
beberapa waktu lalu aku rindukan. Jang Woo hyun, kenapa bisa ? dia mengedipkan
matanya saat aku menatap wajahnya dengan ekspresi kaget ku. Seolah memberi
isyarat bahwa aku tidak sedang bermimpi.
Entah bujukan dari mana aku mengatakan
kata ‘bersedia’ saat aku ditanya. Ooh apa aku gila ?
Tapi rasanya aku tak sesedih tadi. apa
karena namja itu adalah Woo Hyun ? ah entahlah.
***
Kini aku berada kamarku, oh lebih
tepatnya kamar ku dan Woo Hyun. Ya bagaimana pun aku sudah resmi jadi istri
nya. Apa ? istrinya ? apa aku sudi menyandang gelar itu ?
Ketika kulihat Woo Hyun masuk ke dalam
kamar kami, aku segera melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ingin ku
tanyakan.
“yaa Woo Hyun, sepertinya kau sudah
merahasiakan ini dariku. Sejak kapan kau mengetahui tentang perjodohan ini ?”
tanyaku membuatnya tertawa sejenak dan sesegera mungkin menjawabnya.
“tentu saja chagi (sayang). Sejak
awal.” Jawabnya dengan lagi-lagi diiringi gelak tawa nya. Sungguh ini tidak
lucu.
“mworago ? sejak awal ? aiiish, kau
ini benar-benar.” Ucapku dengan nada tinggi. Dan sesegera mungkin ku lanjutkan
kalimatku.
“mengapa kau lakukan ini pada ku Woo
Hyun ?” pertanyaanku membuatnya berjalan mendekatiku. Kurasakan tangannya yang
memegang lembut pinggangku lalu menjawab pertanyaan ku tadi.
“because i love you, chagi .” jawabnya
tepat di telingaku dengan nada bicara sedikit berbisik.
“bagaimana bisa kau mencintaiku
sementara selama ini kau...” kalimat ku terputus ketika tiba-tiba dia berhasil
mendaratkan bibirnya di keningku. Badan ku terasa panas dingin sekarang,
darahku berdesir cepat. Apa yang sebenarnya iya lakukan terhadapku ?
mempermainkanku hah ? tapi kenapa rasanya lembut sekali , membuatku merasa
tenang.
“dengar aku, aku sudah mencintaimu
sejak kita masuk Kyunghee Hyerin. Aku tak tau kenapa sejak ku melihatmu pertama
kali kau selalu muncul dalam pikiranku. Tapi aku tak ada kesempatan untuk
menyatakan perasaanku ini. Kau tau ? karena kau selalu bersikap cuek padaku.
Dan kau selalu saja memasang tatapan sinis mu itu setiap kali kita berpapasan.
Dan kau tau ? itu membuatku tersiksa Hyerin. Akhirnya aku memutuskan untuk
mengurungkan niatku itu dan mengalihkan kedekatan kita dengan cara lain, yaitu
menjadikanmu sebagai bulan-bulananku. Aku suka saat kau mendengus kesal, aku
juga suka tatapan sinis mu itu, aku sangat suka semua ekspresi yang kau berikan
kepadaku. Dan semenjak kejadian dimalam itu, aku jadi khawatir akan keadaan mu.
Bahkan kau tak pernah masuk kuliah lagi sejak itu. Lalu aku berfikir untuk
melamarmu. Dan ternyata appa mu adalah rekan bisnis appa ku. Tentu saja aku
tidak menyia-nyiakan kesempatan ini karena memang ini yang ku mau. Betapa bahagianya
aku ketika appa mu menerima lamaran ku saat itu. Dan saat ini aku lebih
bahagia, bahkan seribu kali lebih bahagia dari waktu itu. Dan kau tau kenapa ?”
jelasnya panjang lebar, air mata ku sudah mendesak untuk keluar dari pelupuk
mata ku saking terharu nya. Dia menatapku dalam dengan tatapan tulusnya dan
meneruskan kalimatnya.
“karena kini aku dapat meraihmu,
mendekapmu dalam setiap pelukanku dan menjagamu sampai akhir hidup ku nanti.” Sungguh
kata-katanya benar-benar indah terdengar di telingaku. Kini air mata ku
mengalir dengan derasnya. Aku benar-benar sudah luluh dalam cinta nya, dalam
hati nya, hingga membuat jantung ku ingin melompat dari tempatnya.
“Woo Hyun, kau...” tatapku sinis
padanya.
“emm..? wae ?” jawabnya dengan diiringi
senyuman menggodanya itu.
Ku lingkarkan tangan ku di leher nya
dan secepat kilat ku benamkan wajahku di dadanya. Hangat, kurasakan detak
jantungnya.
Aku terkesiap ketika dia mencium pipi
ku hangat juga lembut. Membuat pipi ku memanas dan dapat kupastikan sekarang
pasti sudah memerah. Di arahkannya bibirnya menuju telingaku dan berkata.
“saranghae chagi.” Lalu kutatap
matanya sejenak dan berniat membalas bisikannya itu. Sungguh aku tidak pernah
menyangka akan mengatakan ini pada nya, sebuah kata yang tak pernah terbayang
dalam fikiranku, sebuah kata yang sama sekali tak ada niatan sebelumnya untuk
ku katakan kepadanya, kini harus sesegera mungkin dia dengar.
“nado, saranghae my enemy.”